Langsung ke konten utama

Sebuah cerita "Terima Kasih Cinta"





“TERIMA KASIH CINTA”
Sebuah kisah yang tak kan lekang oleh waktu....









Tak tahu harus kumulai dari mana tulisan ini....

Sebuah tulisan tentang sepenggal kisah hidupku. Kutulis tulisan ini berdasarkan apa yang aku rasakan, tanpa beban dan mengada-ada. Aku biarkan jari-jari ini bergerak mengalir seirama aliran perasaan hati...




Awal kisah dimulai,
Ya, memang benar, facebooklah yang mempertemukan kami berdua. Berawal dari seorang temanku yang memperkenalkan aku dengannya lewat situs pertemanan populer itu.
Waktu itu aku mulai berkenalan dengan dia. Unik memang cara kami berkenalan. Kami saling kenal dengan cara yang bagiku belum pernah kualami. Kami belum pernah saling bertemu, tapi kami sudah merasa sedemikian akrabnya seperti orang yang sudah berteman cukup lama.
Lima hari setelah aku mengenalnya, yang juga tepatnya dua hari setelah hari ulang tahunya, aku mencoba memberanikan diri untuk menelponnya.
Hari itu hari minggu.
Tut..tut... “hallo.....” itu suara pertama yang kudengar darinya. Bagiku suara itu terdengar merdu sekali di telinga ini.
Aku sejenak terdiam.., hmmm..
Namun, sesegara mungkin dengan perasaan kacau waktu itu, aku segera menjawabnya. Kami pun berbincang lumayan lama. Perbincangan yang tidak jelas, tanpa arah tapi terasa indah.
Tak beberapa lama kemudian kami sepakat untuk saling bertemu. Ini adalah pertemuan kali pertamaku dengannya.

Uhh..,, bagiku itu adalah saat yang paling mendebarkan sepanjang hidupku, mungkin jauh lebih mendebarkan ketika aku menghadapi ujian nasional atau ketika aku ditilang seorang polisi.
hahaha....

hari itu akhirnya tiba,
setelah perbincangan di telpon kala itu, akhirnya  kami bertemu juga. Kudatangi dia di depan tempat tinggalnya, rumah kos yang nyaman di dekat tempatnya menjalani pendidikan S1nya. Dag..dig..dug... berdegup jantung ini dengan kencangnya. Kacau, grogi, senang, gelisah, semuanya bercampur jadi satu ketika aku menunggunya keluar rumah.
 Tidak lama memang aku menunggunya, hanya beberapa menit saja aku terdiam sendiri.
 Tak lama kemudian, pintu itu akhirnya terbuka. Akhirnya dia keluar juga..

Ahhh.....

Walaupun saat itu suasana tidak cukup terang, tapi saat dia keluar dari balik pintu itu, rasanya aku seperti berada di tepi pantai di siang hari. Cukup terang, cerah, silau, hingga aku tak mampu memandangnya.
Hahahaha...
Terdengar sedikit berlebihan memang, tapi begitulah perasaanku ketika itu.
Jujur sebenarnya waktu itu aku tak kuasa menahan rasa yang tidak karuan. Tapi aku mencoba untuk tetap tenang mengatur nafas dan menahan keringat dingin yang semakin bercucuran itu.

Hmmm...
Apa ini yang disebut cinta pada pandangan pertama ya???
Kata orang si memang begitu.....

Saat itu aku bingung harus berbuat apa. Lidahku pun terasa sangat kaku, sehingga seringkali aku hanya bisa tersenyum sendiri. Tak lama kemudian suasana kembali mencair ketika dia mengajakku untuk jalan-jalan ke sebuah tempat menarik di kota itu. mungkin aneh ketika ternyata tempat menarik itu adalah sebuah masjid... hahaha...
Ya, begitulah adanya, begitulah cinta, ketika ada cinta apapun akan terasa indah.
Cukup lama kami berada di sana, asyik dengan perbincangan dan canda tawa.
Malam itu terasa sangat indah bagiku, hingga sulit sekali aku ungkapkan dengan kata-kata.
Tak terasa hari sudah mulai larut malam bagiku. Tepat jam 20.40 aku antarkan ia kembali ke tempat ia tinggal.
Wahhh... pengalaman yang cukup menarik dan sulit dilupakan memang. Aku memang termasuk orang tidak mudah lupa pada suatu peristiwa penting, apalagi kalau peristiwa itu membuatku bahagia. Bahkan mungkin sampai saat ini aku masih bisa menceritakan secara detail kronologis ketika itu. Hehehe...

Hari berlalu begitu cepat,
Aku merasa kami semakin akrab saja, perasaan grogi lambat laun berubah menjadi semangat. Semangat untuk berusaha meraih sepenggal harapan padanya. Berusaha untuk meraih mimpi dan mengejar harapan.
Tiga minggu setelah kami kenal, aku memberanikan diri untuk bertemu dengannya untuk ke sekian kalinya. Itu saat istimewa bagiku. Ku coba untuk mengungkapkan perasaanku padanya, suasana ketika itu gerimis ditemani cahaya malam lampu kota yang semakin membuat hati ini berdebar...
Hah.. sulit sekali memang rasanya.. bagiku mengungkapkan perasaan cinta pada seorang wanita lebih berat dibanding berpidato di depan orang seluruh indonesia.. hahaha..,
Saat itu akhirnya terjadi, dengan segala kemampuan dan keberanian yang aku miliki, akhirnya aku mengucap kata itu, “aku suka kamu, aku ingin jadi pacarmu,..”
Lega rasanya, bagai bisul besar yang baru saja pecah.
Mungkin dia kaget ketika aku mengatakan kata itu, mungkin juga aneh baginya ketika tiba-tiba aku mengatakan kalimat yang cukup fenomenal itu... hehe..
Dia tidak langsung menjawab ketika itu. Tak apalah bagiku, aku akan selalu setia menunggu jawaban itu.
Keesokan harinya, kami sepakat untuk kembali bertemu dan dia pun mengajakku ke tempat pertama kali kami jalan-jalan bersama.
Kami duduk bersebelahan beratapkan langit di samping bangunan itu..
“kenapa harus aku??” katanya padaku.
“karena ketika bersamamu aku merasa tenang, nyaman rasanya, kamu membuat aku jadi punya semangat...” itulah jawabanku yang secara spontan terucap ketika itu. Sebenarnya masih banyak kalimat yang antre untuk keluar lewat mulut ini, tapi apa daya, lidah ini terasa kaku sekali.
“kita kan baru kenal selama tiga minggu, kita belum banyak saling mengerti, apa ini tidak terlalu cepat..??” katanya,.
Uhh.., aku dibuat pusing ketika itu. Pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab. Lebih  sulit dari rumus matematika manapun, hehe...
Bingung sekali rasanya, tak tahu harus kujawab dengan kalimat mana..
Memang benar cinta datang dan pergi disaat yang tak terduga, menembus batas-batas logika dan realitas.
Kami berbincang untuk beberapa waktu, aku pun mengimbanginya dengan perasaan tidak karuan dan harap-harap cemas.
“Maaf, sebaiknya kita berteman saja dulu, ok???” itulah kalimat yang akhirnya terucap dari mulutnya.
Haaaahhhhh....!!!!!
Itu adalah pertama kalinya aku ditolak cintanya oleh seorang wanita... hehehe

Weitzz,,,,!!!! Tapi jangan salah paham dulu, ini bukan berarti aku selalu diterima ketika aku mengungkapkan cinta pada seorang wanita...
Jujur, sebenarnya ini adalah kali pertama aku mengungkapkan perasaan pada seorang wanita. Terdengar sedikit payah memang. Tapi memang begitulah kenyataannya. Bagiku cinta itu mahal harganya, tidak bisa diobral begitu saja ke sana sini tanpa pertimbangan yang sangat mendalam. Wanita adalah sosok mahluk Tuhan yang istimewa dan berharga. Jadi, tidak boleh dijadikan bahan permainan apalagi untuk disia-siakan semata.
Sejak kecil aku memang termasuk orang yang memiliki kepercayaan diri yang kurang.
Aku selalu merasa paling lemah diantara yang lain. Selalu saja merasa berada di titik paling bawah jika dibandingkan dengan orang orang seusiaku ketika itu. Selalu saja minder, malu dan kurang yakin atas apa-apa yang ada pada diriku. Itulah sebabnya mengapa aku tidak pernah akrab dengan seorang teman wanita sejak kecil.
Hal itu terus berlanjut sampai sekarang, sampai saat ini. Hanya beberapa saja wanita yang cukup akrab denganku, tapi setidaknya aku masih bisa merasa beruntung, karena aku punya cukup teman yang selalu setia bersamaku.

Ahhh,,..!!! kenapa jadi ngelantur seperti ini ya???? Hahahaha...

Kembali ke cerita,
Setelah dia mengucap kalimat terakhirnya itu, sesaat jantung ini terasa berhenti berdetak. Kujawab “hmmm, ya, nggak apa-apa, hahaha....”.
Terlihat seperti ucapan yang sepele memang dan begitu mudahnya terucap dari mulutku. Aku tetap berlagak sok sabar dan tegar. Gengsi, bagiku seorang lelaki tidak boleh merengek-rengek di depan sang pujaan hatinya. Hehe...
Namun, sebenarnya perasaanku ketika itu begitu kacau setengah mati. Sejenak aku berpikir hidupku sudah tak ada gunanya. Uhhh.., benar-benar sangat kacau rasanya.

Malam semakin larut saja. Aku pulang dengan hasil yang tak sesuai harapanku.
Kacau, gelisah, dan tidak karuan, itulah kata yang mungkin tepat untuk menggambarkan perasaanku ketika itu.

Aku akui, ketika itu sempat terbersit pikiran untuk menyerah saja. Apa gunanya mencintai seseorang yang tak mencintaiku.
Tak berselang lama sejak saat itu, aku mulai mencoba memposisikan dirinya sebagai seorang wanita biasa, tak spesial dan setara dengan teman wanita lainnya. Sangat berat memang, tak semudah membalikkan telapak tangan. Aku mulai berusaha menjauh darinya.
Mungkin dia tidak merasakannya, tapi memang begitulah adanya. Aku kurangi intensitas komunikasiku dengannya. Mulai aku hapus ingatan masa laluku ketika aku masih mencintainya. Mulai kuhapus benih-benih cinta ini dari lubuk jiwaku.

Setelah perayaan tahun baru ketika itu, aku semakin berusaha untuk melupakannya. Puncaknya ketika hampir selama satu bulan aku mencoba untuk tidak mengirim pesan padanya, tidak pula menghubunginya ataupun bertemu dengannya. Huhh.., berat, berat, dan amat sangat berat sekali rasanya ketika itu.

Beberapa waktu setelah itu,
Waktu berlalu begitu cepatnya, tidak terasa sudah hampir dua bulan kami tidak bertemu, walaupun kadangkala aku sempatkan untuk menelpon ataupun mengirim pesan padanya.

Memang benar cinta dapat menembus batas-batas logika.
Setelah kucoba untuk menjauh darinya selama beberapa waktu, entah kenapa tapi cinta ini bukan malah memudar, tetapi justru semakin kuat saja.
Jika aku terus menerus melawan rasa cinta ini mungkin lama-lama aku bisa gila atau bahkan mati kaku.
Aku akhirnya menyerah dari perlawanan ini. Menyerah melawan cinta...
Aku putuskan untuk mengalir saja mengikuti aliran arus yang cinta buat untukku. Ini berarti perjuangan meraih impian yang sempat terhenti kembali berlanjut. Aku kembali terbangun setelah sekian lama terasa seperti tertidur dalam waktu yang cukup panjang.
Aku mulai melakukan pendekatan lagi. Pendekatan yang mungkin aneh kalau kata orang, tapi begitulah caraku, begitulah gayaku, tipe permainanku...


Bulan puasa kembali datang, marhaban ya ramadhan,
Ini adalah bulan puasa yang menarik bagiku ketika itu. Berbeda dengan bulan-bulan puasa sebelumnya, bulan puasa kali ini bertepatan dengan waktu dimana aku melakukan PPL, atau yang orang-orang sering sebut dengan istilah “magang”.
Karena jurusanku adalah pendidikan, maka aku juga magang di bidang pendidikan, alias latihan mengajar sebagai seorang guru.

Lalu,,,,???
Yang mana bagian yang menarik????
Kelihatannya biasa saja bukan...??

Hahaha...

Sebenarnya bukan disitu bagian yang menarik..
Tuhan memang Maha Pengasih dan Penyayang. Tuhan selalu tahu apa yang umatnya butuhkan.
Sehari sebelum masuk bulan ramadhan, tiba saatnya pengumuman ploting PPL  dibuka untuk pertama kalinya.
Wah..., senang sekali rasanya ketika aku mendapatkan tempat PPL di sebuah sekolah tepat di samping tempat dia tinggal. Bayangkan saja, bagaimana rasanya ketika tiba-tiba ditempatkan di suatu tempat sang pujaan hati tinggal. Kejutan yang benar-benar indah bagiku, bagai mendapatkan durian yang jatuh. Terima kasih Tuhan...

Hari pertama aku berpuasa dibulan itu, aku jalani hari itu seperti hari-hari biasanya.
Namun, sore hari ketika itu, tiba-tiba...

Standing by... complete....

Ringtone HP ku berbunyi dengan nyaringnya tepat 5 menit sebelum adzan maghrib berkumandang. Kubuka pelan pesan singkat yang masuk ke HP yang aku genggam itu.
“met buka puasa.. J
Wahh... dia mengirim pesan padaku...
Bagiku itu sangat istimewa sekali, belum pernah seumur-umur ketika berbuka ada seorang wanita mengirim pesan serupa padaku. Ya, hanya dia, dan ini untuk pertama kalinya dalam hidupku.
Huh.. payah.., payah.., payah......
Hari kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dia selalu saja menyambut buka puasaku dengan sebuah pesan yang singkat tapi begitu berkesan.

Tepat di hari itu,
Hari ketiga perayaan idul fitri tahun ini, kudatangi rumahnya di sebuah daerah yang cukup terkenal di kotaku.
Ya, benar...
Kami memang berasal dari satu kota yang sama. Tak jauh memang, hanya saja rumahku berada di ujung timur kota, sedangkan rumahnya berada di ujung barat. Kami juga melanjutkan studi kami di kota yang sama, salah satu ibukota provinsi di Pulau Jawa. Sama-sama mengambil jurusan kependidikan. Hanya saja, kami berbeda universitas.

Satu malam sebelum aku ke rumahnya, perasaan itu kembali muncul, gugup, panik, resah, gelisah, kacau, gembira, grogi, semuanya bercampur jadi satu. Bingung harus melakukan apa ketika aku sudah sampai di sana. Bingung memakai baju yang mana, parfum apa, gaya rambut seperti apa, ah... pusing rasanya.
Tapi aku kemudian menyadari, buat apa aku melakukan hal-hal konyol itu. Mau cari perhatian?? Atau biar dianggap keren??? Hahaha...
Memangnya ketika aku berdandan layaknya seorang artis papan atas dia akan menjadi tertarik padaku, atau dia akan seketika mencintaiku???? Aku rasa tidak...
Aku percaya dia adalah wanita yang baik, wanita yang tidak semudah itu jatuh cinta kepada seseorang pria yang cuma keren saja dari segi penampilannya saja.
Akhirnya aku putuskan untuk memakai gayaku saja, gaya yang seadanya dan apa adanya.
Pagi itu, aku beranikan diri untuk datang ke rumahnya seorang diri. Pukul 08.50 WIB aku sampai di rumahnya. Dia menyambutku dengan senyumnya yang cukup khas bagiku. Senang rasanya,....
Aku duduk di sofa merah ruang tamunya untuk beberapa saat. Tak lama kemudian dia mengajakku masuk ke ruang tengah rumahnya.
Aku cukup senang ketika keluarganya menyambutku dengan cukup hangat. Keluarga yang sangat ramah, membuat setiap orang betah untuk berlama-lama di tempat itu.
Ini memang kali kedua aku kunjungi rumahnya, ini kali kedua pula aku bertemu dengan ayah ibunya yang baik dan sangat ramah itu.
Aku, dia dan ayah ibunya duduk bersama dalam satu ruangan di depan sebuah TV. Suasananya sangat indah, langit tidak begitu cerah sehingga menimbulkan perasaan sejuk dan nyaman sekali bagiku. Kami berempat disibukkan dengan perbincangan-perbincangan yang menarik.
Tidak beberapa lama ibunya pergi meninggalkan kami karena suatu acara yang akan beliau hadiri. Tak berselang lama pula ayahnya juga meninggalkan kami menuju ke arah belakang rumah.

Ahhh..., lega rasanya...
Saat itu memang aku sebenarnya grogi sekali, hehehe. Jelas saja, dua orang tadi adalah orang tua dari wanita yang aku cintai.

Kini tinggallah kami berdua di ruang itu, sambil memperhatikannya menggonta-ganti chanel TV yang kami tonton bersama, aku mulai memberanikan diri untuk kembali menghangatkan suasana yang sejenak tadi terdiam selama beberapa saat. Aku kembali mulai mengajaknya berbincang, berbincang dan berbincang.

Hari semakin siang, terik matahari mulai mengarah tegak lurus ke ubun-ubun kepala...,
Pukul 11.25 WIB aku putuskan untuk berpamitan saja, setelah sebelumnya telah aku sempatkan pula untuk mampir di kamar mandi belakang rumahnya, hehehehe, memang kebiasanku, ketika grogi selalu rajin untuk setoran.....
Akhirnya aku pulang ke rumahku membawa perasaan senang dan gembira.

Dua minggu telah berlalu,
Masa liburan hari raya akhirnya telah berakhir juga. Tibalah saatnya untuk kembali ke kota tempatku mengenyam bangku kuliah.
Tak beberapa lama setelah aku di kota itu, kami kembali lagi bertemu. Kali ini pertemuannya di siang hari yang begitu terik. Kuajak dia makan siang di sebuah tempat yang tak asing lagi di kota itu. Setelah perut ini terasa kenyang, kemudian aku ajak dia untuk berjalan-jalan keliling kota. Hahaha,
Ahh, sebenarnya bukan keliling kota, aku mengajaknya ke bagian selatan kota itu. Di tengah perjalanan aku sempat mendengar suara adzan ashar. Ya, benar, saat itu jam menunjukkan pukul 3 sore. Tak lama kemudian, kami mampir di sebuah pom bensin yang mungkin sekarang aku juga sudah tidak ingat dimana tepatnya di daerah itu.
Kami sholat berjamaah, aku menjadi imamnya dan dia menjadi satu-satunya makmumku. Hahaha, senang sekali rasanya...
Setelah melakukan sholat di pom bensin itu, kami kemudian pulang. Tapi, bukan jalan semula yang aku lalui, aku ajak dia untuk melewati jalur lain yang menuju ke kampusku dulu dengan niat sebenarnya aku ingin mengajaknya mampir sejenak di kosku.
Sayang seribu sayang...
Ketika telah sampai di kos, aku begitu malu dan tidak enak dengannya. Jelas saja, saat itu aku belum sempat merapikan rumah. Sampah masih tergeletak di sana sini dan suasana kosku saat itu begitu kacaunya, mungkin ia lebih menganggapnya bagai kapal pecah daripada sebuah rumah tinggal.
Huhh!!!
Malu... benar-benar malu sekali ketika itu...
Segera saja aku ajak dia untuk meninggalkan tempat itu menuju ke sebuah taman kampus yang menurutku cukup indah ketika sore hari.
Cukup lama kami di sana, berbincang dan bercanda selama beberapa waktu.
Matahari semakin malu saja untuk menampakkan dirinya, warnanya mulai memerah dan mulai terbenam di ujung barat, pertanda hari sudah mulai berganti malam. Ku antar ia kembali ke kosnya. Bahagianya hati ini...
Selang beberapa lama, aku merasa kami begitu akrab dan semakin akrab saja. Maklum, pesan singkat terus menerus mengalir baik dari ku maupun darinya, saling sahut sahutan layaknya kicau burung yang menyambut sang fajar.
Aku ingat betul di salah satu pesan yang dia kirim di hari kamis itu ada yang berbunyi,
“ajari aku instal ya”
“instal apa??” pertanyaan yang sebenarnya sudah aku tahu dengan jelas jawabnya
“instal lepi ku” tukasnya kembali.
Yes...!!! Tanpa berpikir lama-lama segera saja aku iyakan permintaannya itu.
“kapan??” tanyaku padanya.
“Minggu depan aja, sekarang kan CDnya masih di rumah, gak aku bawa..”
Sejenak sebelum dia menjawab pesanku yang terakhir, aku sempat berpikir kalau mungkin dia akan menjawab dengan kalimat “besok aja”. Hehehe, maklumlah, saat itu aku memang ingin sekali bertemu dengan dia. Jadi aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Tapi tak apalah bagiku kalau ternyata jawabnya adalah minggu depan saja. Tak terlalu membuatku kecewa, tetap santai dan enjoy saja.

Selasa, malam itu aku datangi tempat kos dia tinggal, semula aku mengira dia akan menagih janjiku untuk mengajarinya cara menginstal laptop. Eh, ternyata menyimpang dari dugaanku itu. Dia justru meminta aku saja yang menginstal laptopnya. Hehehe, tak apalah, tidak masalah, akan aku lakukan dengan senang hati.

Tapi apa tidak ada yang kurang??? Itu yang muncul dalam pikiranku.
Ahh, yang benar saja...
Aku datang ke kosnya hanya untuk mengambil laptop saja, lalu dengan mudahnya aku bergegas pulang???
Tidak!!! Tidak akan kubiarkan ini terjadi dan berlalu begitu cepatnya, Wuihh....
Kuputuskan untuk mengajaknya jalan-jalan saja agar waktuku bersamanya menjadi lebih lama.
Memang, aku sangat senang ketika harus berlama-lama dengannya. Apapun yang dilakukan, asalkan bersamanya aku selalu akan merasa senang.
“mau kemana???” tanyanya yang selalu dia ucapkan tiap kali aku mengajaknya keluar.
“emm, bingung.....” jawabku yang juga selalu aku ucapkan ketika dia bertanya padaku. Cukup monoton mungkin baginya, jawaban yang mungkin selalu ia dengar dari mulutku...
Hahahahaha....
Ya maklumlah, aku masih minim sekali pengalaman di kota itu, tidak seperti orang lain yang rajin menyusuri seluruh penjuru kota bersama pujaan hatinya masing-masing. Wuihh...
“kemana ya???” selalu saja seperti itu dalam pikiranku. Memang aku payah, payah sekali, mengapa begitu naifnya aku ini... huh!!!
Jujur ketika itu aku tak tahu harus kemana, aku biarkan saja tangan ini mengarahkan gerak sepeda motor yang aku kendarai, membawaku ke tempat yang masih asing bagiku ketika itu.
Tak kusangka, ternyata jalan yang aku susuri bersama dia itu ternyata menuju ke sebuah masjid tempat pertama kali kami jalan-jalan bersama. Entah sebenarnya dia sudah tahu atau belum, tetapi terus terang aku baru menyadarinya..
hahahaha...
aku sempatkan untuk sejenak mampir di tempat itu sembari melaksanakan sholat isya’ yang saat itu belum aku lakukan.
Setelah sejenak melakukan sholat, kami berbincang sejenak sambil bergegas berjalan menuju parkir.
Perjalanan itu kami lanjutkan kembali. Kembali kususuri jalan di malam itu, tak tahu kemana aku akan menuju, yang penting mengalir saja lah, pikirku ketika itu.
Setelah lama aku menyusuri jalanan asing itu, aku segera sadar ketika jalan itu ternyata menuju ke sebuah kota lama, komplek bangunan tua yang juga merupakan simbol kejayaan masa lampau di kota itu.
Indah sekali malam itu langit cerah, bulan dan bintang terlihat nampak jelas dan terang.
Untung saja...,
Walaupun aku tak tahu jalan ketika itu, tetapi aku masih bisa memperkirakan kemana perjalanan ini akan menuju. Langit, bulan dan bintanglah yang menuntunku.
Tepat, sesuai dugaanku, ini adalah jalan menuju ke pelabuhan itu. Pelabuhan yang ketika kulihat dari atas bukit nampak indah dan gemerlap. Memang benar kenyataannya, tempat itu terlihat sangat gemerlap ketika malam hari, jelas saja karena tempat itu dipenuhi oleh lampu-lampu yang berjajar rapi dan begitu terangnya. Tak lama kami disana, boleh dibilang hanya lewat saja memang.
Kembali aku lanjutkan perjalanan malam itu. Terus menuju ke arah barat. Ya, ke arah barat, aku yakin, aku percaya pada langit dan hiasannya yang indah itu.
Semakin ke barat, ternyata jalan itu menuju ke arah pantai, sebuah pantai terkenal di kota itu. Tidak aku sempatkan untuk mampir memang, mengingat waktu juga sudah semakin larut malam.
Waktu itu pukul 20.42, aku antarkan dia kembali ke rumah kos itu. Aku tak langsung pulang, kumanfaatkan sisa waktu itu untuk kembali berbincang dengannya, setelah sepanjang perjalanan tadi lidahku juga hampir kering karena asyiknya bercakap-cakap.
Wah...
Kebetulan sekali..., tak lama setelah aku sampai di kosnya, saudara perempuannya datang bersama kekasihnya dengan sebuah sepeda motor dan berhenti tak jauh dari tempatku memarkirkan tunggangan.
“besok lagi kalo datang jangan malam dong, sore atau apa.....” itu yang terucap dari mulut saudaranya sambil berjalan ke arahku. Aku hanya tersenyum saja.
Aha..., ide bagus, boleh juga.... Pikirku dalam hati,..
Tak lama kemudian, kami lanjutkan kembali perbincangan yang tadi sempat terpotong. Salah satu perbincangan yang menarik saat itu adalah ketika kemi berdua meledek saudaranya itu yang sedang asyik bersama kekasihnya.
“bentar... lihat... habis ini mereka akan ciuman... hahahaha...” candaku.
“heh..!!!!” balasnya sambil tertawa....
Jam sudah tepat pukul sembilan malam, tibalah saatnya aku harus kembali pulang.
Sesampainya di tempatku tinggal, aku segera buka laptopnya yang tadi tak lupa aku bawa darinya sebelum aku pulang.
Sejenak memang aku sempatkan untuk membuka-buka apa yang ia simpan di dalam komputer jinjing itu, hahaha....
Ingin tahu apa-apa saja tentang dirinya, tapi...
Ah, tak kusangka jam sudah pukul 10 malam lebih, kuhentikan kegiatan otak-atik laptopnya dan segera saja kulakukan apa dia minta sebelumnya. Dengan seriusnya ku garap pekerjaanku itu hingga tak aku sadari sudah hampir pukul 11 malam. Sekitar jam setengah dua belas, “WINDOWS 7” telah selesai terpasang di laptop toshibanya. Tubuh mulai terasa letih dan lesu. Kuputuskan untuk menghentikan saja dan kulanjutkan esok hari.
Mataku memang tak seirama dengan tubuhku pada saat itu, biar badan terasa letih dan lesu, tapi entah mengapa mata ini masih terasa terang benderang, tak mengantuk sedikitpun.
Aku hanya terkatung-katung di atas kasur mungil kamarku seorang diri dengan lampu yang aku matikan.
Sesaat aku merenung dan terdiam. Malam situ banyak sekali pengalaman yang dapat aku petik, banyak pelajaran berharga yang tak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata dan bahasa manapun.
Dua hari telah berlalu, sudah saatnya aku mengembalikan laptop itu kepada pemiliknya.
Malam harinya, jam tujuh malam, aku sudah sampai di depan kosnya.
Seperti malam-malam sebelumnya saat kami bertemu, aku pasti selalu mengajaknya untuk jalan-jalan bersama, tapi aku juga pasti selalu tidak bisa menjawab ketika dia bertanya mau jalan-jalan kemana. Selalu saja begitu, hehehe...
Dia kemudian menawarkan padaku untuk jalan-jalan ke sebuah tempat di daerah selatan kota itu. Tempat yang indah di atas bukit, dengan pemandangan yang indah ketika malam hari. Jelas saja, dari tempat itu kita bisa melihat seluruh kota dengan gemerlap lampunya di malam hari.
Tanpa berlama-lama, langsung saja kusetujui ajakannya itu.
Segera kutancapkan gas menuju ketempat yang sebenarnya belum pernah aku kunjungi itu.
Tempat itu cukup jauh dari tempatnya tinggal. Kurang lebih 20 sampai 25 menit untuk sampai ke sana.
Tak berselang lama, kami sampai di tempat itu.
Ternyata memang benar kata orang-orang, kota itu sangat indah jika dilihat dari atas bukit di malam hari.
Wahh.. luar biasa...
Sebenarnya aku terkagum-kagum saat melihat pemandangan yang baru pertama kali kulihat itu, tapi memang tetap menjadi kebiasaanku berlagak sok biasa saja dan seakan tak ada apa. Hehehe..
Suasana malam ketika itu tak begitu cerah, jarang kulihat bintang di langit. Bahkan sesekali kurasakan tetesan air hujan yang gerimis membasahi rambut dan bajuku.
Saat itu memang kami duduk di luar ruangan yang tak beratap.
Dengan asyiknya kami berbincang dan bersenda gurau, ditemani segelas kopi susu dan jeruk hangat yang menambah hangatnya suasana perasaanku.
Setelah cukup lama kami berbincang, akhirnya dia mengajakku pulang. Pantas saja karena jam sudah menunjukkan pukul 20.20 malam.
Aku segera membawanya kembali ke tempat tinggalnya.

Sayangnya...
Hihihihihi....
Aku lupa jalan pulang..
Uhh..!!! Sial..!!! Aku bingung sendiri melihat jalan-jalan kota yang penuh cabang itu, pusing.
Aku ingat betul saat itu ada dua cabang jalan. Satu ke kiri dan satu ke kanan.
Hahaha..
Seharusnya saat itu aku mengambil arah ke kiri, tapi karena kebodohanku, tanpa aku sadari, aku malah mengambil arah kanan.
Wah.. jalan kemana ini???? Tukasku dalam hati...
Aku tak tahu kemana sebenarnya jalan itu menuju, tapi aku berlagak sok tenang sambil berkata padanya, “tenang, aku kan anak touring, hehehehe....” padahal sebenarnya waktu itu aku panik minta ampun.
Syukurlah, ternyata jalan yang aku susuri itu justru jalan yang lebih cepat menuju tempat kosnya. Justru jika tadi aku mengambil arah kiri, malah akan semakin lama perjalanan ini.
Tepat pukul 9 malam, aku sampai di depan kosnya. Tak banyak kata terucap ketika itu, langsung saja aku pulang dengan perasaan yang sangat gembira dan berbunga-bunga.

Dua hari setelah itu, aku menghampirinya di kos-kosannya itu. Sudah janjian memang di pagi harinya. Siang hari, tepat pukul 12.15 aku bertemu dengannya. Aku ajak dia makan siang bersama di suatu rumah makan yang lumayan nyaman dan masih baru di daerah itu.
Aku makan begitu lahapnya sampai-sampai aku makan pula setengah piring nasi miliknya, akupun minum cukup banyak, hehehe...
Maklumlah..., suasanya ketika itu begitu panas, ditambah tubuhku terasa sedikit lemas ketika pagi hari tadi sempat membongkar dan mengotak-atik sebuah mesin mobil yang tergeletak di dalam ruang praktek sekolahku.
Ya, tepat sekali, aku mengajar di sebuah SMK jurusan otomotif. Murid-muridku semuanya laki-laki. Rata-rata dari mereka sulit diatur dan diajak untuk tenang. Sehingga aku lumayan kualahan ketika menghadapi mereka. Cukup menguras tenaga juga. Huh....
Setelah makan siang itu, aku antarkan dia kembali ke rumah kosnya. Suasana yang tadi cerah, lambat laun berubah menjadi mendung yang sedikit diselingi dengan tetesan-tetesan gerimis. Suasana yang semula terasa panas, sedikit demi sedikit menjadi sejuk.
Cukup lama aku di depan rumah itu ditemani olehnya. Banyak canda dan kata-kata yang tak penting terucap dari mulutku sebagai penghangat suasana agar tak terkesan kaku dan sepi.
Setelah cukup lama berceloteh tidak karuan, akhirnya dengan perasaan berdebar, kuberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan yang telah lama kupendam itu. Kembali aku nyatakan cintaku padanya di depan rumah tempat dia tinggal.
Sayang, dia tetap seperti yang dulu, lebih memilihku sebagai temannya. Huhh...!!!
Cukup lama aku tidak bisa menerima kenyataan ini, lama sekali bisa kuterima, sampai-sampai tetesan hujan yang membasahi baju ini tidak aku hiraukan. Pikirku ketika itu, aku tak akan mau pulang sebelum dia mau menerimaku.
Hujan semakin deras saja...
Hujanlah yang mengusirku untuk segera pulang. Terpaksa aku tinggalkan tempat itu dengan suasana hati kacau balau dan tak menentu.
Kacau sekali....

Beberapa hari kemudian...
Setelah penolakan kedua itu... uhh...
Sedih juga memang rasanya kalau dipikirkan..
Tapi tak masalah, semangat tetap membara, api perjuangan belum padam dan semakin besar saja. Aku merasa semakin tertantang dan tertantang, pantang bagiku untuk menyerah ketika menggapai mimpi.
Tak terasa masaku mengajar di SMK itu telah berakhir, sedih memang berpisah dengan murid-murid dan guru-guru di sekolah yang ramah itu. Namun, hal yang paling membuatku sedih adalah aku tak bisa melakukan kebiasaanku lagi.
Hehehe..
Setiap pagi berangkat ke sekolah aku selalu melewati depan kosnya. Tak bertemu dengannya memang, tapi bagiku melihat tempatnya tinggal saja sudah sangat puas, membuat hati ini lebih tenang saja..

Selalu saja kucari alasan untuk bisa menemuinya, hahaha...
Begitulah aku..

Suatu hari, dihari minggu yang terik,
Saat itu aku berada di kota asalku, ya, di kota batik. Siang itu aku sedang berada di sebuah bengkel bersama adikku. Sekedar otak atik sepeda motor yang aku punya.
Sedang asyik-asyiknya kami mengotak-atik sepeda motor, tiba-tiba kembali terdengar suara yang tak asing dari dalam  saku celanaku...

Standing by.... completed..

Ringtone HP ku kembali berbunyi,
Ternyata dia mengirim pesan padaku, kami saling berbalas pesan sampai-sampai aku tak sadar motor itu telah selesai kugarap bersama adikku dan seorang montir.
Beberapa jam kami saling kirim pesan, intinya saat itu dia akan berangkat kembali ke tempat dia kuliah setelah beberapa hari dia pulang kampung.
Sore hari menjelang magrib dia telah sampai di kota itu dengan sebuah kereta bersama dua orang satu kosnya, begitulah yang aku simpulkan dari perbincangan kami di pesan singkat.

Malam harinya...
“mas, hapeku rusak ni gara2 kalian tadi bertengkar di hapeku, padahal udah tak tak seviske habis 90 rb...”
Aku sempat kaget..
Lah...!!!
Aneh sekali, tak ada angin tak ada hujan. Kok tiba-tiba ada teman wanitaku mengatakan seperti itu... apa-apaan ini??

(NB. Wanita yang aku maksud adalah sepupu sang pujaan hatiku)

Dengan santainya kubalas dengan pesan singkat pula,
“dibanting aja, hahahaha...”

Tak lama kemudian nomor itu membalas lagi..
“bangun mas,..”

Ahh.... tak kusangka dan tak kusadari...
Ternyata dia yang mengirim pesan lewat nomor sepupunya. Hahahahaha...
Ternyata seperti ini kisah sebenarnya,
Sore hari ketika aku saling berbalas pesan dengan dia, aku ingat saat itu aku juga mengejek sepupunya lewat pesan singkatku. Setelah kalimat ejekanku itu, hahahaha, entah kenapa, jadi aku dan sepupunya yang saling berbalas pesan lewat HPnya. Setelah beberapa waktu, entah kenapa HPnya tiba-tiba mati. tak lama kemudian dia akhirnya mengirim pesan padaku lewat HP milik sepupunya itu. Nah,, begitulah sedikit kronologis kejadian yang aku tahu darinya.

(Januari '10)

Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

All About SHEILA ON 7

Grup yang berdiri pada 6 Mei 1996 ini pada awalnya adalah sekumpulan anak-anak sekolah dari beberapa SMA di Yogyakarta. Di awal berdirinya bersatulah lima anak muda, Duta (vokal) berasal dari SMA 4, Adam (bass) dari SMA 6, Eross (gitar) dari SMA Muhammadiyah I, Sakti (gitar) dari SMA De Britto, dan Anton (drum) berasal dari SMA Bopkri I. Mereka sepakat untuk membentuk sebuah band dan membawakan lagu-lagu dari kelompok Oasis, U2, Bon Jovi, Guns N’ Roses, dll. Pada waktu itu juga, mereka telah memiliki beberapa lagu-lagu orisinal karya mereka sendiri dan mereka mencoba untuk memperkenalkan dan membawakan lagu-lagu tersebut dengan penuh rasa percaya diri di berbagai pentas.

MA SACRE TOUX atau MASSACREZ TOUS

Napoleon Bonaparte, saat berperang di Timur Tengah tahun 1799 bermaksud akan melepaskan 1200 tentara Turki yang berhasil ditawan Perancis, ketika Perancis berhasil merebut Jaffa. Saat itu Napoleon sedang terserang influenza. Saat menginspeksi pasukan, Napoleon terserang batuk berat, ia mengatakan "Ma sacre toux" ("Batuk sialan"). Perwira pendamping Napoleon merasa sang jenderal mengatakan "Massacrez Tous" ("Bunuh Semua"). Akibatnya, seluruh 1200 orang tawanan Turki itu dibunuh.Hanya karena batuk sang jenderal...

Ketekunan Adalah Kekuatan Anda

Apa yang anda raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang anda lakukan terus-menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila anda yakin pada tujuan dan jalan anda, maka anda harus memiliki ketekunan untuk tetap berusaha. Ketekunan adalah kemampuan anda untuk bertahan di tengah tekanan dan kesulitan. Anda harus tetap mengambil langkah selanjutnya. Jangan hanya berhenti di langkah pertama. Memang semakin jauh anda berjalan, semakin banyak rintangan yang menghadang.