Oleh : Drs. M. Thalib
Pengantar
Istri yang shalih
adalah perhiasan terindah bagi suaminya. Peran istri dalam kehidupan suami
sangatlah besar. Istri yang shalih dapat membinarumah tangga sakinah dan penuh
berkah. Istri seperti inilah yang menjadi dambaan setiap lelaki muslim.
Seperti apa istri
yang shalih? Apa saja ciri-cirinya? Bagaimana mengetahuinya?
Artikel-artikel
terurai menjawab semua pertanyaan tersebut berdasarkan Al-Qur'an dan
Hadits-Hadits Rasulullah SAW yang shahih. Insya Allahdengan memahaminya lelaki
muslim dapat memilih istri yang shalih. Bagi wanita muslim, bisa menjadikan
artikel artikel terurai sebagaipedoman untuk menjadi istri shalih.
***
01. Taat Beragama
Rasulullah SAW bersabda :
"Perempuan itu dikawini atas empat
perkara, yaitu: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya,
atau karena agamanya.Akan tetapi, pilihlah berdasarkan agamanya agar dirimu
selamat."
(H.R. Bukhari dan
Muslim)
Penjelasan:
Hadits tersebut
memberikan gambaran mengenai kriteria-kriteria yang menjadi bahan pertimbangan
seorang lelaki dalam memilih seorang perempuan sebagai istrinya.
Kriteria-kriteria tersebut adalah kecantikan, keturunan,
kekayaan, dan
agamanya. Orang yang mengutamakan kriteria agama, dijamin oleh Allah SWT akan
memperoleh kebahagiaan dalam berkeluarga.
Agama atau diin
ialah keyakinan yang disertai peribadatam sesuai dengan ketentuan syari'at
Islam. Bila keyakinan dan peribadatan yang dilakukan seseorang menyimpang dari
ketentuan syari'at Islam, orang yang melakukannya telah sesat. Untuk mengetahui
ketaatan seseorang beragama, kita harus berpedoman pada ketentuan Al-Qur'an dan
Sunnah Rasulullah SAW.
Dalam memilih
seorang perempuan untuk dijadikan istri, pertama kali hendaklah kita menilai
ketaatannya dalam beragama seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam
Hadits di atas.
Tanda utama
seseorang dikatakan taat beragama yaitu bila ia dapat menjalankan ketentuan
pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam dengan benar.
Orang yang
beriman kepada Allah hanya meyakini ketentuan-Nya. Ia tidak akan mempercayai
ramalan ahli nujum dan peramal misalnya, sebab orang yang mempercayai
ramalannya berarti tidak sepenuhnya beriman kepada Allah SWT. Perbuatan seperti
itu disebut SYIRIK karena berlawanan dengan keyakinan bahwa hanya Allah SWT
yang tahu segala yang ghaib. Orang yang berbuat syirik telah sesat.
Tanda lain
seseorang dikatakan taat beragama adalah bila ia menjalankan ibadah yang
diperintahkan oleh Islam dengan tekun dan benar. Ibdah pokok dalam Islam dan
tidak dapat ditinggalkan adalah shalat. Siapa pun yang
telah memeluk
Islam harus melaksanakannya. Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa shalat
adalah hal yang pokok dalam Islam. Hal ini disebutkan dalam Hadits berikut:
Dari Abu Hurairah Ra, ujarnya:
Rasulullah SAW bersabda:
"Perbuatan manusia yang pertama kali dihisab
pada hari kiamat kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik, dia akan
beruntung dan selamat. Akan tetapi, bila shalatnya tidak benar, dia akan gagal
dan merugi. Jika ada yang kurang sedikit dari kewajiban yang dilakukannya,
kelak Tuhu yang Maha Gagah dan Maha Mulia akan berfirman: '(Wahai Malaikat),
perhatikanlah apa hamba-Ku ini melakukan shalat sunnah sehingga dapat
menyempurnakan kekurangannya dalam melakukan shalat wajib, kemudian semua
amalnya akan dihisab dengan cara seperti ini.'"(H.R. Tirmidzi, Hadits
hasan)
Maksud Hadits ini
ialah seseorang dinilai taat beragama bila ia menunaikan kewajiban shalat
dengan benar. Seseorang yang mengaku muslim tetapi terkadang menjalankan
shalat, terkadang tidak, berarti tidak taat beragama.
Bila ia melakukan
shalat tetapi tidak mengikuti tuntunan Rasulullah SAW, shalatnya tidak benar.
Orang semacam ini termasuk orang yang tidak taat beragama.
Seorang laki-laki
yang hendak menilai ketaatan calon istrinya, haruslah lebih dulu mengerti
ajaran Islam tentang keyakinan dan peribadatan secara benar sebagaimana
diajarkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Bila dia sendiri tidak
tahu hal-hal yang menjadi ketetapan dan hal-hal yang bukan menjadi ketetapan
Islam, tentu dia tidak akan bisa memilih calon istri yang taat beragama dengan
benar menurut ketentuan syari'at Islam.
Kita tidak
seharusnya mudah terpesona dengan penampilan seorang perempuan. Perempuan
berjilbab, misalnya, dalam pergaulan sehari-hari ia ternyata bercampur dengan
laki-laki bukan mahram tanpa mengindahkan batas norma pergaulan yang digariskan
oleh Islam. Kita bisa menyimpulkan bahwa wanita semacam ini jelas tidak taat
beragama.
Kita tidak
semestinya menilai perempuan berdasarkan atas ukuran dan norma yang berlaku
dalam masyarakat, karena norma yang berlaku di tengah masyarakat sering
bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, kita harus benar-benar
menggunakan kriteria yang digariskan oleh Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW
sejak awal memilih calon istri.
Bila langkah awal
telah ditempuh dengan benar, kelak rumah tangga kita akan dapat berjalan dengan
serasi, harmonis, dan dan penuh kemesraan, karena masing-masing mendasarkan langkah
dan niatnya hanya karena Allah. Segala bentuk kesulitan dan goncangan dalam
mengayuh bahtera rumah tangga akan dihadapi dengan penuh ketenangan dan pikiran
jernih, karena kedua belah pihak selalu pasrah dan berlindung pada kehendak dan
kekuasaan-Nya. Sikap semacam ini akan sangat membantu suamu istri dalam membina
rumah tangga sesuai dengan keridlaan Allah SWT.
Sebaliknya, istri
tidak taat beragama, yaitu istri yang mengabaikan ajaran agama, akan
menyebabkan suami sulit membimbingnya dan sulit menciptakan suasana rumah
tangga yang islami. Bila suami dan istri sudah berlainan langkah dalam menilai
perbuatan halal dan haram atau baik dan buruk, hal ini bisa menimbulkan
pertengkaran dan perpecahan dalam berumah tangga. Rumah tangga semacam ini
sulit menjadi harmonis, tentram dan tenang.
Selain memberi
dampak buruk bagi suami, istri yang tidak taat beragama akan memberi dampak
buruk pada pendidikan anak kelak. Ia tidak akan mendorong anaknya untuk taat
shalat dan rajin mengaji, tidak membiasakan salam ketika keluar masuk rumah,
tidak tahu membedakan najis dan suci, dan lain-lain. Anak-anak yang tidak
mengenal aturan agama semacam ini kelak setelah besar mungkin sekali mudah
terpengaruh oleh pergaulan yang buruk sehingga menjadi orang yang rusak
akhlaqnya dan mengabaikan agama. Oleh karena itu, besar sekali bahaya istri
yang tidak taat beragama untuk menjadi ibu bagi anak-anak kita.
Agar kita dapat
membentuk rumah tangga yang diridlai oleh Allah dan memperoleh kebahagiaan
sepanjang hayat sebelum mengambil seorang perempuan menjadi istri kita perlu
mengetahui ketaatannya dalam beragama. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan,
antara lain:
1. Mengamati caranya berpakaian, berias dan
bergaul apakah sesuai dengan ketentuan Islam atau tidak. Misalnya, mengamati
apakah ia memakai muslimah atau tidak, bersolek atau tidak, berkhalwat
(berduaan) dengan laki-laki bukan mahram atau tidak.
2. Menanyakan kepada orang-orang yang dekat
dengan dirinya, seperti kerabat dekat, tetangga dekat, atau teman-teman dekat
tentang ketaatannya menjalankan shalat 5 waktu, ketaatannya menjalankan puasa
Ramadhan, sikapnya kepada tetangga atau para kerabatnya, sikapnya kepada orang
yang lebih tua, dan lain-lain.
3. Datang sendiri kepada keluarga perempuan untuk
melakukan penelitian dan pengamatan secara langsung. Dalam pertemuan ini,
perempuan yang diinginkan harus disertai dengan anggota laki-laki keluarganya,
sehingga tidak terjadi khalwat (berduaan). Pada saat inilah kita bisa meneliti
berbagai hal yang ingin diketahui dari perempuan tersebut agar kita memperoleh
gambaran yang jelas.
Cara-cara semacam
inilah yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin dalam menyediliki calon
istrinya. Kita tak boleh melakukan cara-cara di luar Islam, seperti berpacaran
atau berkenalan di tengah jalan. Cara semacam ini sama sekali tidak dibenarkan.
Ringkasnya,
Laki-laki yang ingin membangun rumah tangga bahagia dan penuh kesejateraan di
dunia dan di akhirat hendaklah memilih perempuan yang taat beragama untuk
dijadikan istri. Insya Allah hidupnya akan bahagia.
***
02. Dari Lingkungan yang Baik
Disebutan dalam Hadits berikut bahwa:
Rasulullah SAW
bersabda:
"Jauhilah olehmu khadraauddiman!"
Rasulullah ditanya: "Wahai Rasulullah, apakah khadraauddiman itu?"
Sabdanya: "Wanita cantik dilingkungan yang buruk."
(H.R. Daraquthni,
Hadits lemah)
Penjelasan
Hadits tersbut
derajatnya lemah karena ada rawi bernama Al-Waqidi yang dinilai sebagai rawi
yang sangat lemah oleh ahli hadits.
Hadits tersebut
memperingatkan kepada laki-laki muslim bahwa perempuan yang tinggal di lingkungan
yang tidak baik hendaknya dijauhi. Perempuan semacam itu kemungkinan besar
akhlaqnya terpengaruh lingkungannya yang tidak islami. Hal ini sering
dibuktikan oleh pengalaman dalam kehidupan di tengah masyarakat selama ini.
Wanita sering lebih mudah tergoda oleh hal-hal yang sepintas menyenangkan dan
tampak glamor, tanpa memikirkan akibat buruk yang akan terjadi. Wanita lebih
mudah dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak baik.
Lingkungan yang
tidak baik ialah lingkungan yang dipenuhi kebiasaan, tradisi, dan perilaku yang
bertentangan dengan syari'at Islam. Lingkungan masyarakat yang mempunyai
tradisi berjudi, membuka praktek pelacuran, gemar minum minuman keras, dan
melakukan maksiat-maksiat lainnya merupakan contoh lingkungan yang tidak baik.
Lingkungan semacam
ini jelas merugikan pembinaan akhlaq dan keagamaan masyarakatnya, baik
perempuan maupun laki-laki. Lingkungan yang dipenuhi dengan praktek pelacuran
tentu amat membahayakan pembinaan akhlaq warga perempuannya. Biasanya warga
laki-lakinya banyak yang lebih dulu terjerumus sehinga kaum perempuan terdorong
untuk lebih berani terjum dalam kesesatan seperti itu. Hal ini disebabkan kaum
laki-lakinya tidak bisa diandalkan sebagai pelindung kaum wanitanya.
Memang tidak bisa
dijadikan sebagai satu kepastian untuk menyimpulkan bahwa setiap perempuan yang
tinggal di lingkungan yang buruk otomatis berakhlaq tidak baik. Beberapa contoh
kita temukan dalam sejarah bahwa ada wanita yang tetap tegak dalam keyakinan
tauhid walaupun berada di tengah-tengah lingkungan penuh dengan dosa dan
kemusyrikan, Di antaranya adalah 'Aisyah, istri Fir'aun dan Masyithah, pelayan
perempuan di istana Fir'aun. Kedua perempuan ini ternyata teguh dalam mengikuti
ajaran Musa AS. Akan tetapi, perempuan-perempuan seperti mereka sulit kita dapatkan.
Suami yang
istrinya berasal dari lingkungan tidak baik mempunyai resiko amat besar karena
akhlaq dan kebiasaan buruk yang telah mendarah daging dalam diri sulit diubah
dalam waktu relatif singkat.
Seorang perempuan
yang biasa mengangap pergaulan bebas dan pelacuran sebagai hal yang lumrah
dalam masyarakat, akan sulit menaati ketentuan agama yang melarang laki-laki
dan perempuan bukan mahram bergaul bebas.
Bila kelak dia
menjadi istri dari suami yang lingkungan keluarganya taat beragama, akan terasa
sulit dan berat baginya untuk mematuhi akhlaq agama. Ketika suaminya tidak di
rumah, ia akan merasa tidak berdosa menerima teman lelakinya yang bebas
berkunjung ke rumah. Bila suami menegur, ia akan menjawab dengan enteng bahwa
hal itu telah lumarah. Ia sama sekali tidak mau mengindahkan syari'at Islam,
bahkan menganggapnya sebagai belenggu yang menekan dirinya.
Istri yang
bersikap semacam ini jelas akan menimbulkan konflik dengan suaminya sehingga
terjadi pertengakaran. Hal itu disebabkan istri enggan mematuhi syari'at Islam
yang dipandangnya bertentangan dengan tradisi lingkungan yang tidak islami.
Tak ada suami
atau istri yang menghendaki rumah tangganya dipenuhi pertengkaran dan
perselisihan setiap hari. Pertengaran dan perselisihan dalam rumah tangga mengakibatkan
tekanan dan depresi bagi suami istri.
Untuk mencegah
hal ini, Islam memberikan tuntunan kepada kita agar dalam memilih calon istri
hendaklah memperhatikan lingkungan tempat tinggalnya.
Jadi, walaupun
Hadits tersebut lemah, isi dan maksud Hadits di atas dapat dipergunakan sebagai
pedoman umum sehingga kita lebih dapat berhati-hati dalam menilai akhlaq
seorang perempuan. Kita dapat menjadikannya sebagai peringatan agar kita lebih
mengutamakan calon istri yang tinggal di lingkungan yang baik.
Untuk mengetahui
kualitas lingkungan tempat tinggal calon istri, kita dapat mengamati hal-hal
yang berhubungan dengan:
1. Tempat tinggalnya, yaitu apakah yang
bersangkutan tinggal di lingkungan yang islami atau tidak. Kalau lingkungannya
biasa digunakan sebagai tempat berjudi atau bermabuk-mabukan atau menyabung
ayam dan maksiat lainnya, kecil kemungkinan orang yang tinggal di tempat
semacam ini taat beragama. Sebaliknya, apabila ia tinggal di lingkungan yang
rajin mengadakan pengajian, masjidnya ramai dengan shalat jama'ah, warga yang
perempuan berpakaian muslimah, tidak terjadi pergaulan bebas antara laki-laki
dan perempuan yang bersangkutan taat beragama.
2. Keluarganya, yaitu apakah keluargannya
orang-orang yang taat menjalankan syari'at Islam atau tidak. Jika ia berasal
dari keluarga yang tidak peduli dengan agama, misalnyatidak taat shalat, tidak
taat puasa, tidak peduli akan halal dan haram dalam mencari nafkah, anggota
keluarga yang perempuan tidak berpakaian muslimah di luar rumah, atau tidak
baik hubungannya dengan tetangga atau kerabat dekatnya, kita harus berhati-hati
agar kita selamat dari kemungkinan-kemungkinan tidak baik saat membina rumah
tangga kelak.
3. Lingkungan pendidikannya, yaitu lingkungan di
mana dia memperoleh pendidikan islami atau tidak.
Ringkasnya, kaum
laki-laki dalam memilih calon istri sebaiknya memperhatikan aspek
lingkungannya. Mereka sebaiknya lebih mengutamakan perempuan yang tinggal di
lingkungan yang baik. Semakin baik lingkungan asalnya, akan semakin besar
sumbangannya dalam mewujudkan pembinaan rumah tangga yang bahagia.
***
03. Perawan
Disebutkan dalam
Hadits berikut bahwa:
Rasulullah SAW bersabda kepada Jabir ketika
beliau kembali dari perang Dzatur Riqa': "Wahai Jabir, apakah nanti kamu
akan kawin?" Saya menjawab: "Ya, wahai Rasulullah." Sabdanya:
"Dengan janda atau perawan?" Saya menjawab: "Janda."
Sabdanya: "Mengapa bukan perawan, supaya kamu dapat bergurau dengannya dan
ia pun dapat bergurau denganmu?" Saya menjawab: "Sesungguhnya bapakku
telah wafat saat perang Uhud, sedangkan beliau meninggalkan tujuh anak
perempuan kepada kami. Oleh karena itu, aku menikah dengan seorang janda
perempuan yang 'mumpuni', ia dapat mengasuh mereka dan melakukan kewajiban
terhadap mereka." Sabdanya: " Engkau benar, insya Allah."
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Hadits tersebut
memberikan dorongan kepada kaum laki-laki untuk memilih calon istri yang
perawan, yaitu perempuan yang belum pernah bersetubuh atau belum pernah
menikah.
Perempuan-perempuan
yang masih perawan belum pernah mengenal kemesraan dengan laki-laki sehingga
hatinya masih polos dan bersih. Ia tidak memiliki kenangan masa lalu dengan
laki-laki lain sehingga ketika ia bercengkerama dengan laki-laki yang baru
menjadi suaminya, hati dan angan-angannya hanya tertuju kepada suami. Ia hanya
merasakan sentuhan kemesraan dari laki-laki yang menjadi suaminya. Seluruh
perhatian, cinta, serta kasih sayangnya dicurahkan kepada suami tanpa
membandingkan dengan laki-laki lain. Keadaan semacam inilah yang digambarkan
oleh Rasulullah SAW dalam Hadits tersebut dengan sabdanya : "Engkau bisa
bergurau dengannya dan dia pun bisa bergurau mesra denganmu." Suasana
semacam inilah yang dinyatakan Rasulullah kemungkinan besar hanya bisa tercipta
dengan istri yang masih perawan.
Laki-laki muslim
sebaiknya berhati-hati terhadap perempuan yang pernah berpacaran atau gemar
berganti pacar. Perempuan yang pernah berpacaran pernah mengenal kemesraan
dengan laki-laki sehingga hatinya tidak polos dan tidak bersih lagi. Ia sudah
tentu memiliki kenangan masa lalu dengan pacarnya sehingga ketika ia
bercengkerama dengan suami, hati dan angan-angannya tidak sepenuhnya tertuju
kepada suaminya. Ia akan membandingkan sentuhan kemesraan antara pacarnya dulu
dengan suaminya. Selain itu, keperawanannya juga harus dipertanyakan karena
tidak bisa dipastikan sejauh mana ia berhubungan dengan pacarnya.
Untuk mengetahui
keperawanan calon istri seorang laki-laki dapat melakukan cara-cara berikut
ini:
1. Menanyakan hal tersebut kepada yang
bersangkutan ketika bermaksud melamar.
2. Menanyakan hal tersebut kepada keluarga atau
kerabat atau tetangga dekatnya yang dinilai jujur, adil dan objektif.
3. Melakukan pemeriksaan medis bilamana ingin
memperoleh keyakinan bahwa yang bersangkutan benar-benar perawan. Akan tetapi,
cara semacam ini harus mendapat persetujuan dari perempuan yang bersangkutan,
karena hal ini bisa dianggap merendahkan martabatnya.
Hadits Rasulullah
SAW tersebut merupakan anjuran kepada laki-laki muslim untuk memilih perempuan
yang perawan sebagai istri, bukan larangan kepada laki-laki muslim untuk
memperistri perempuan janda. Rasulullah mengingatkan bahwa dengan memperistri
perempuan perawan kemungkinan besar akan lebih dapat menciptakan suasana
kemesraan yang lebih mendalam dibandingkan dengan beristrikan perempuan janda.
Oleh karena itu,
laki-laki yang menginginkan suasana mesra dan perhatian sepenuh hati dari
istrinya, hendaklah memilih perempuan yang masih perawan.
***
04. Penyabar
Allah berfirman dalam Q.S. At-Tahriim
ayat 11:
"Allah menjadikan istri Fir'aun
perumpamaan bagi orang-orang yang beriman ketika ia berkata: 'Ya Tuhanku,
bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam syura; dan selamatkanlah aku
dari Fir'aun dan perbuatannya; dan selamatkanlah aku dari kaum yang
dzalim'".
Penjelasan:
Sabar dalam
bahasa Arab artinya lapang dada menerima kepahitan, kesulitan dan rintangan
tanpa keluh kesah dan jengkel. Bila seseorang menggerutu menghadapi kesulitan,
jengkel dan marah menghadapi rintangan. Dia dikatakan tidak sabar.
Maksud ayat
tersebut ialah bahwa seorang istri yang sabar menghadapi perilaku buruk
suaminya sangat membantu mempertahankan keutuhan rumah tangga. Dalam kasus
tersebut, istri Fira'aun sangat sabar menerima kekejaman Fir'aun terhadap
dirinya. Ia tetap tabah menghadapi kekejaman suaminya dan hanya pasrah pada
Allah.
Istri penyabar
seperti istri Fir'aun yang Allah gambarkan pada ayat tersebut tentu memberikan
jasa sangat besar dalam memelihara keutuhan rumah tangga, kebahagiaan suami dan
kegembiraan anak-anaknya. Ia tidak akan mudah menceritakan kesulitan dan
berbagai permasalahan yang akan menyedihkan dan mecemaskan suaminya. Walaupun
sebenarnya istri menyimpan kepahitan dalam hatinya, semua kesulitan dihadapinya
dengan penuh ketabahan dan sikap pasrah kepada Allah. Hal itu menjadikan rumah
tangganya selalu dipenuhi kegembiraan, keceriaan dan penuh tawa.
Istri yang sabar
tidak hanya memberikan semangat dan dorongan hidup kepada suaminya dalam
menghadapi segala macam tantangan dan rintangan, ia juga dapat menjaga
kehormatan suami di hadapan anak-anak dan orang lain. Istri yang sabar tidak
akan manceritakan sikap buruk suami kepada anak-anaknya, karena ia tidak ingin
melibatkan anak-anaknya dalam persoalan yang tengah dihadapinya. Sebaliknya, ia
selalu memuji akhlaq suaminya di hadapan anak dan orang tuanya. Sikap semacam
ini akan menciptakan hubungan mesra dalam rumah tangga karena anak-anak selalu
menaruh hormat kepada bapaknya.
Sebaliknya istri
yang pemarah, suka membantah dan suka memaki suaminya akan menimbulkan konflik
berkepanjangan dalam rumah tangganya. Bahkan konflik tersebut bisa melebar
kepada anak-anak, orang tua dan mertuanya. Jika hal ini terjadi, pasti
anak-anak dalam rumah tangga semacam ini akan mengalami stress dan kebingungan.
Selain itu, tetangga pun akan merasa enggan berdekatan dengan rumah tangga yang
dipenuhi konflik. Mereka mungkin saja turut merasakan ketegangan karena boleh
jadi anak-anak yang berasal dari keluarga yang penuh konflik akan menimbulkan
gangguan.
Oleh karena itu,
setiap laki-laki sangat perlu memperhatikan sifat calon istrinya, apakah dia
bersifat penyabar atau pemarah, tabah menempuh kesulitan atau manja. Hal ini
perlu diketahui sebab sifat-sifat buruk banyak berpengaruh dalam hidup berumah
tangga. Bukankah tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga dengan suasana
penuh pertentangan, perselisihan dan permusuhan yang hanya akan menciptakan
hidup penuh derita dan nestapa.
Untuk mengetahui
apakah calon istri penyabar atau tidak, dapat dilakukan penyelidikan dengan
cara-cara antara lain:
1. Menanyakan hal tersebut kepada teman atau
tetangga dekatnya yang jujur dan adil bagaimana sikap yang bersangkutan dalam
menghadapi kesulitan, rintangan dan kepahitan. Misalnya, dengan mengamati
sikapnya apabila ada teman yang berbuat salah kepadanya, apakah dia cepat
memarahi ataukah menerimanya dengan tenang. Apabila ternyata dia bersikap
tenang tanpa menunjukkan sikap jengkel atau marah berarti ia orang yang sabar.
2. Mengamati dan mengujinya dengan beberapa hal
berikut:
a.
reaksinya ketika
disuruh menunggu;
b.
reaksinya ketika
ditegur karena melakukan kesalahan;
c.
reaksinya ketika
dihadapkan pada kesulitan;
d.
sikapnya ketika
menghadapi anak kecil, orang tua, orang sakit, orang lanjut usia, dan
lain-lain.
Setiap suami
ingin istrinya mempunyai kesabaran jauh lebih besar daripada dirinya. Dia ingin
menjadikan istrinya sebagai tempat menumpahkan segala keresahan hati dalam
menghadapi problem kehidupan.
Dia ingin agar
istri dapat menenangkan suami dengan kesabaran dari segala keresahannya
sehingga suami memperoleh kesegaran dan dorongan hidup lebih baik. Oleh karena
itu, setiap laki-laki harus benar-benar mengutamakan calon istri yang penyabar.
Insya Allah, segala tantangan dan kesulitan dalam rumah tangga akan teratasi
dengan baik sehingga tercipta keluarga bahagia.
***
05. Memikat Hati
Allah berfirman
dalam Q.S. An-Nisaa' ayat 3 :
"Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku
adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya),
kawinilah wanita-wanita(lain) yang kamu senangi, ..."
Penjelasan:
Ayat tersebut
menyebutkan agar laki-laki memilih perempuan yang memikat atau menyenangkan
hatinya sebagai istri. Kata-kata yang dipergunakan pada ayat di atas yaitu
"thaaba". Kata ini berarti :
1. Baik, seperti dalam kalimat: "Hadzaa
syaiun thayyib." (Ini adalah urusan yang baik). Kata thayyib berasal dari
thaaba.
2. Hatinya baik, seperti pada kalimat: "Hiya
imra'atun thaabat nafsuha". (Perempuan ini baik hatinya).
3. Ya, sebagai kata jawab, seperti dalam kalimat:
"Thayyib, ana hadhir". (Ya, saya datang).
Dari ketiga arti
di atas kita dapat mengetahui bahwa arti kata thaaba pada ayat tersebut adalah
sifat baik hati, akhlaq dan kepribadian perempuan yang membuat calon suaminya
merasa tertarik dan senang. Tanpa adanya faktor-faktor ini, rasa tertarik,
senang dan terpikat tidak akan ada.
Istri yang bisa
membuat suaminya merasa senang dan tertarik akan semangat untuk bersama-sama
membangun rumah tangga yang sakinah dan damai. Tanpa rasa senang dan terpikat
sulit akan tercipta kemesraan dan keintiman dalam hidup berumah tangga. Oleh
karena itu, laki-laki yang hendak memilih seorang perempuan sebagai calon
istrinya harus bertanya kepada dirinya sendiri apakah hatinya benar-benar
merasa senang dan terpikat kepada perempuan tersebut atau tidak. Ia harus jujur
menghayati perasaannya sendiri dalam memperhatikan hal-ihwal perempuan yang
diminati sebelum melamarnya, apalagi menikahinya.
Daya tarik yang
utama dan bertahan lama, bahkan sampai akhir hayat adalah daya tarik akhlaq dan
ketaatan perempuan yang bersangkutan kepada Allah dan Rasul-Nya. Adapun daya
tarik lainnya adakalanya menyebabkan kebosanan atau kebencian di belakang hari.
Kecntikan, misalnya, semakin lama akan memudar. Suami tidak menaruh cinta lagi
kepada istrinya karena ia tidak cantik lagi, atau karena suatu musibah yang
merusak kecantikan istri, suami tidak lagi tertatik, bahkan menjauhinya. Daya
tarik lainnya adalah kekayaan. Seorang laki-laki memperistri seorang perempuan
karena tertarik pada kekayaannya. Setelah menikah sekian tahun, harta kekayaan
istri habis, sehingga suami kehilangan rasa tertarik terhadap istrinya. Oleh
karena itu, yang akan menjamin suami tertarik dan terpesona kepada istrinya
secara langgeng adalah daya tarik akhlaq dan ketaatan beragama seorang
perempuan.
Untuk memastikan
apakah seorang laki-laki tertarik kepada calon istrinya atau tidak, dia
hendaklah menguji kejujuran hatinya berulang kali dengan cara-cara antara lain:
1. Membandingkannya dengan perempuan lain. Jika
hatinya ternyata masih bimbang, berarti dia belum terpikat sepenuh hati kepada
perempuan tersebut.
2. Mengendapkan keinginannya lebih lama kepada
perempuan tersebut sehingga dapat lebih diyakini ketertarikan dan kesenangan
hatinya. Jika setelah beberapa lama ternyata ia masih tetap tertarik dan
menyenanginya, berarti perempuan tersebut mendapatkan nilai yang tinggi di
dalam hatinya.
3. Mengamati daya tarik perempuan tersebut dengan
seksama apakah daya tariknya merupakan sifat-sifat asli atau sekedar polesan.
Dengan mengetahui keadaan sebenarnya, ketertarikan terhadap perempuan yang
bersangkutan akan langgeng karena benar-benar timbul dari dalam hatinya.
Sebaliknya, jika daya tarik perempuan itu hanya bersifat polesan, dia lebih
baik mengundurkan diri, karena daya tarik yang sifatnya polesan tidak bertahan
lama.
Setiap laki-laki
perlu memperhatikan aspek ini sebagai tolok ukur dalam menilai perempuan yang
menjadi calon istrinya agar terhindar dari keadaan yang tidak diinginkan
kemudian saat berumah tangga.
Sering terjadi
seorang laki-laki sangat kecewa dan menyesal karena istri yang dahulu dinilai
memiliki sifat-sifat terpuji, terbukti memiliki sifat-sifat sebaliknya. Sifat
yang dulu ditampilkan di hadapan calon suaminya ternyata hanya polesan.
Akibatnya, wanita yang dipilih menjadi istrinya benar-benar dirasakan sebagai
orang lain, bukan wanita yang didambakanya sebelumnya. Kejadian semacam ini
hanya meninggalkan rasa perih, kecewa, dan marah yang terpendam.
Berikut ini kami
kemukakan beberapa contoh perempuan yang memiliki daya tarik polesan atau semu:
1. Seorang perempuan yang terlihat cantik karena
bersolek. Karena setelah menjadi istri ia tidak mampu membeli peralatan
kecantikan, terlihatlah keadaan aslinya. Suami melihat bahwa istri yang
disangka benar-benar cantik alami ternyata tidak cantik. Kecantikannya hanya
polesan belaka. Untuk mempertahankan penampilannya suami harus mengeluarkan
biaya banyak sehingga menguras pendapatanya. Hal semacam ini menimbulkan
kejengkelan dan kemarahan sehingga ia membenci istrinya.
2. Seorang perempuan dari status sosial yang
terhormat tetapi sikapnya merendahkan suaminya. Ia memandang suaminya yang
harus menghormati dirinya, bukan dia yang harus menghormati suaminya. Pada
awalnya suami tidak begitu merasa terhina oleh sikap istrinya, tetapi semakin
lama suami merasakan bahwa dirinya tidak dihargai oleh istrinya sebagai kepala
rumah tangga. Suami merasa kecewa dan jengkel kepada istrinya sehingga mereka
semakin renggang. Suasana semacam ini mengakibatkan rumah tangga tidak lagi
dipenuhi kecintaan dan kemesraan, yang ada hanyalah permusuhan yang
tersembunyi.
Untuk menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dalam rumah tangga Allah menegaskan
dengan firman-Nya pada ayat di atas agar laki-laki memilih perempuan yang
benar-benar disenanginya dan memiliki daya pikat yang sejati. Ia jangan mudah
tertipu penglihatan sepintas terhadap kecantikan, kekayaan, dan status sosial
yang lebih banyak dibangkitkan oleh selera rendah yang sifatnya sementara. Ia
hendaklah benar-benar menguji hati nuraninya dengan cara-cara yang benar
sehingga yakin bahwa perempuan yang hendak dijadikan istrinya benar-benar
sesuai dengan hati nuraninya. Pengamatan jeli dan seksama dalam memilih calon
istri yang sesuai dengan tuntutan Islam merupakan hal utama yang harus ia
lakukan.
***
06. Amanah
Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisaa'
ayat 34:
"...Oleh sebab itu, wanita yang shalih
ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara (dirinya dan harta suami) ketika
suaminya tidak ada,karena Allah telah (menyuruh) memeliharanya..."
Disebutkan dalam
Hadits berikut:
Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik
istri yaitu yang meyenangkanmu ketika kamu lihat; taat kepadamu ketika kamu
suruh; menjagadirinya dan hartamu ketika kamu pergi".
(H.R. Thabarani, dari 'Abdullah bin
Salam)
Penjelasan:
Amanah yaitu
tanggung jawab memenuhi kepercayaan orang kepadanya. Apa saja yang dipercayakan
orang kepadanya dijaga dan ditunaikan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
tuntutan pemberi kepercayaan.
Ayat tersebut
menjelaskan sifat istri yang baik, yaitu benar-benar bisa memelihara kehormatan
dirinya pada saat suaminya tidak di rumah. Ia juga menjaga dengan amanah harta
benda suaminya selama dia tidak di rumah.
Hadits di atas
menjelaskan bahwa setiap istri dituntut untuk amanah terhadap suaminya dalam
mengelola harta suami yang dipercayakan kepadanya.
Seorang istri
harus memiliki sifat amanah karena ia diberi kepercayaan oleh suaminya mengenai
segala macam urusan diri dan keluarganya, bahkan seluruh rahasia suaminya.
Suami bukan hanya mempercayakan harta kekayaan kepadanya, melainkan juga
mempercayakan kehormatan dan keamanan anak-anaknya. Hal ini menuntut adanya
sifat amanah istri sehingga ia tidak akan melakukan kecurangan ketika suami
tidak ada, atau menipu suaminya sehingga menjerumuskannya ke dalam malapetaka.
Misalnya, karena kekurangan uang belanja ia menyebarkan hal tersebut kepada
orang lain, atau menyampaikan aib suami kepada orang lain sekalipun tidak
bermaksud jahat. Hal semacam ini sudah merupakan tindakan khianat istri kepada
suami.
Istri yang amanah
tentu tidak akan mengabaikan tanggung jawabnya menjaga dan memelihara segala
hal yang dipercayakan kepadanya. Ia akan memelihara suasana rumah tangga penuh
rasa kasih sayang dan cinta.
Sungguh sangat
besar bahaya istri yang tidak amanah bagi keselamatan dan keamanan suami. Istri
yang curang dalam menggunakan harta kekayaan suami akan memberatkan suami dalam
mencari pemenuhan kebutuhan keluarga. Istri yang tidak dapat menyimpan cacat
cela dan rahasia suami akan merusak kehormatan suaminya. Istri yang tidak dapat
menjaga anak-anak suaminya dengan baik akan menyusahkan suami dalam membina
kehidupan anak-anaknya menjadi orang yang shalih. Istri yang tidak amanah akan
menimbulkan ketegangan dan perselisihan karena hal yang diamanahkan kepadanya
tidak dijaga dengan baik.
Oleh karena itu,
setiap laki-laki yang ingin memperistri seorang perempuan harus benar-benar
memperhatikan ada tidaknya sifat amanah pada calon istrinya. Jika ternyata ia
seorang perempuan yang kurang baik amanahnya dan kecil harapan untuk
diperbaiki, perempuan semacam ini sebaiknya tidak dijadikan istri.
Untuk mengetahui
apaah calon istri amanah atau tidak, dapat dilakukan upaya-upaya berikut:
1. Menanyakan kepada kerabat atau tetangga atau
teman dekatnya yang jujur dan berakhlaq baik apakah dia orang yang dapat
dipercaya bila diberi kepercayaan mengurus dan menyimpan sesuatu atau tidak.
2. Menyelidiki perilakunya apakah ia dapat
dipercaya dalam melaksanakan kepercayaan orang kepadanya atau tidak. Misalnya
dengan mengamati sikapnya bila dititipi uang apakah ia dapat dipercaya atau
tidak. Bisa juga dengan mengamati apakah ia selalu memenuhi janji dengan baik
atau tidak bila berjanji.
3. Menyelidiki perilaku keluarganya berkenaan
dengan sifat amanah apakah keluarganya dapat dipercaya dalam menjaga harta
titipan dan selalu memenuhi janji atau tidak. Dengan bercermin pada keadaan
keluarganya besar kemungkinan yang bersangkutan juga menjadi perempuan yang
amanah. Sebaliknya, jika keluarganya dikenal sebagai orang yang tidak dapat
dipercaya, kemungkinan anaknya begitu.
Jadi, karena
istri yang amanah sangat berperan penting dalam menciptakan kehidupan keluarga
yang baik, laki-laki yang ingin membina rumah tangga harus selalu mengutamakan
istri yang amanah. Dengan istri yang amanah insya Allah kehidupan keluarga
tidak akan banyak beban sehingga tercipta keluarga yang sakinah.
***
07. Tidak Bersolek Bila Keluar Rumah
Disebutkan dalam
Hadits berikut:
"Wanita-wanita yang gemar minta cerai dan
wanita-wanita pesolek (di luar rumah) adalah wanita-wanita munafik". (H.R.
Abu Nu'aim)
Penjelasan:
Maksud Hadits di
atas ialah perempuan yang suka bersolek ketika keluar rumah adalah perempuan
munafik. Orang munafik perkataannya tidak bisa dipercaya, janjinya tidak bisa
dipegang dan kejujurannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,
perempuan yang suka bersolek ketika keluar rumah berarti memiliki sifat-sifat
buruk.
Sifat perempuan
dalam menampilkan dirinya macam-macam. Ada perempuan yang suka bersolek, ia
dapat memoles dirinya dengan baik sehingga terlihat cantik dan kekurangannya
tertutupi. Tindakannya bertujuan untuk menawan hati orang lain, terutama lawan
jenisnya. Perempuan semacam ini disebut munafik karena selalu berpura-pura
dalam menampilkan dirinya dan menyembunyikan keadaan sesungguhnya.
Selain itu,ada
perempuan yang tampil apa adanya, ia tidak mau mengenakan macam alat
kecantikan. Ia selalu menampakkan dirinya dengan polos, tetapi memperlihatkan
budi pekerti yang baik dan akhlaq yang terpuji. Ia berpakaian sederhana apa
adanya. Perempuan semacam ini lebih mengutamakan kecantikan dan keindahan batin
daripada keindahan lahirnya.
Di antara dua
sifat perempuan tersebut, perempuan yang tampil apa adanya, polos, dan
sederhana itulah yang berakhlaq baik. Perempuan semacam inilah yang seharusnya
menjadi pilihan laki-laki beriman untuk dijadikan istri. Ia bisa diharapkan
untuk bersama-sama membangun rumah tangga yang penuh kedamaian, keceriaan,
kasih sayang dan kebahagiaan.
Istri yang
bersolek bila keluar rumah termasuk wanita munafik karena ia berusaha terlihat
cantik di mata orang lain, bukan di hadapan suaminya. Ia akan membuat hati
suami selalu dibayangi kebimbangan. Suami menjadi selalu khawatir jangan-jangan
istrinya tidak dapat menjaga dirinya dari rayuan laki-laki lain atau
bercengkerama dengan laki-laki lain ketika dia tidak di rumah. Ia juga bimbang
bila memberi uang belanja karena mungkin sekali istrinya menghamburkannya di
luar pengetahuan suami. Ia juga sulit mempercayai apa yang dibicarakan
istrinya. Kebimbangan semacam ini tentu dapat mengganggu ketentraman dalam
rumah tangga, bahkan bisa memicu pertengkaran.
Istri pesolek
menimbulkan beban psikologis bagi suami. Kegemarannya bersolek bila keluar
rumah bisa mengundang selera laki-laki lain terhadap dirinya. Hal ini tentu
akan menimbulkan salah paham dengan suaminya. Suami akan merasa curiga setiap
saat sehingga timbul pertengkaran dalam rumah tangga.
Selain beban
psikologis, istri pesolek juga akan menimbulkan banyak problem bagi suaminya
karena kegemarannya bersolek menyebabkan suami harus mengeluarkan banyak uang.
Hal semacam ini tentu akan membebani suami, bila pendapatan suami hanya cukup
untuk makan sehari-hari.
Karena begitu
besarnya kendala beristri perempuan pesolek, seorang lelaki hendaklah lebih
dahulu meneliti dan mencermati calon istrinya. Jika ternyata dia seorang yang
benar-benar gemar bersolek, bahkan biasa bersolek sejak kecil, hendaklah ia
mempertimbangkan dengan seksama apakah hal itu akan menimbulkan malapetaka atau
tidak bagi dirinya kelak. Jika kegemarannya besolek bukan kebiasaan sejak kecil,
melainkan sekedar pengeruh teman dan ada harapan untuk diperbaiki, ia harus
tetap mempertimbangkan pemilihannya, sebab boleh jadi pengaruh temannya akan
menjadi kebiasaan. Ia harus benar-benar bersikap objektif dalam menilai
kemampuannya mengayomi perempuan tersebut. Langkah terbaik adalah mendasarkan
pilihannya sesuai dengan tuntunan syari'at Islam supaya kelak tidak menyesal.
Untuk mengetahui
apakah calon istri pesolek atau bukan, dengan mudah dapat dilihat dari
penampilannya sehari-hari. Bila ia menampilkan diri secara polos dan sederhana
walaupun sebenarnya dia berkecukupan, wanita semacam ini termasuk bukan
pesolek. Akan tetapi, jika ia tampil dengan polos hanya karena keadaan
ekonominya lemah, hal ini perlu dipertimbangkan dan diselidiki lebih jauh. Kita
perlu meneliti lebih jauh penampilannya pada saat-saat tertentu, misalya pada
saat menghadiri acara pesta perkawinan, wisuda dan lain-lain, apakah tetap
tampil apa adanya atau bersolek di luar kebiasaannya.
Ringkasnya,
setiap laki-laki hendaklah memperhatikan masalah ini dengan seksama agar kelak
tidak menyesal dalam membina rumah tangga dengan perempuan yang didambakannya.
Hal ini perlu dilakukan jika ia menghendaki rumah tangga yang dipenuhi dengan
keharmonisan, kemesraan dan kebahagiaan. Oleh karena itulah, ia hendaklah
berhati-hati agar tidak memilih perempuan yang gemar bersolek bila keluar
rumah.
***
08. Kufu' dalam Beragama
Rasulullah SAW
bersabda dalam Hadits-Hadits berikut:
"Wahai Bani Bayadhah, kawinkanlah
(perempuan-perempuan kamu) dengan Abu Hind; dan kawinlah kamu
denganperempuan-perempuan)nya." (H.R. Abu Dawud)
"Orang-orang Arab satu dengan lainnya
adalah kufu'. Bekas budak satu dengan lainnya adalah kufu' pula." (H.R.
Bazar)
"Sesungguhnya Allah memuliakan Kinanah di
atas Bani Isma'il dan memuliakan Quraisy di atas Kinanah dan memuliakan Bani
Hasyim di atasQuraisy dan memuliakan aku di atas Bani Hasyim...Jadi, akulah
yang terbaik di atas yang terbaik." (H.R. Muslim)
Penjelasan:
Kata kufu'
artinya sepadan atau setara. Dalam pengertian adat-istiadat, kufu' ialah
kedudukan setara antara calon suami dengan calon istri, baik dalam urusan
agama, keturunan, nasab, maupun kedudukan sosial dan ekonomi.
Bila calon
pasangan dalam hal-hal tersebut setara, maka mereka disebut kufu'.
Hadits-hadits di
atas memberikan penjelasan kufu' dalam pandangan syari'at Islam. Hadits pertama
menjelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan Bani Bayadhah untuk mengawinkan
anak-anak perempuannya dengan laki-laki dari keturunan Abu Hind. Klen Abu Hind
ini dikenal sebagai pengrajin. Profesi pengrajin di lingkungan Arab dipandang
rendah sehingga keturunan mereka dinilai tidak kufu' dengan keturunan Bani
Bayadhah.
Hadits kedua
menjelaskan bahwa semua suku Arab kufu' sehingga tidak alasan bagi suatu suku
tertentu merasa lebih tinggi daripada suku lain.
Hadits ketiga
menjelaskan bahwa suku yang paling mulia dilingkungan bangsa Arab adalah
Quraisy, sedangkan klen yang paling mulia di lingkungan suku Quraisy adalah
Bani Hasyim dan warga Bani Hasyim yang paling mulia adalah Nabi Muhammad SAW.
Hadits ketiga ini
tidak menunjukkan adanya pembenaran bahwa suku selain Quraisy tidak kufu'
dengan suku Quraisy, atau klen selain Bani Hasyim tidak kufu' dengan klen Bani
Hasyim, sehingga antara laki-laki dan perempuan yang berbeda suku atau klen
tidak boleh menikah. Oleh karena itu, tidak ada pembenaran bagi mereka untuk
menolak kawin dengan suku atau klen mana saja dengan alasan status sosialnya
tidak kufu'.
Bila perkawinan
antar klen atau suku yang tidak kufu' dilarang, tentu saja tidak akan ada
laki-laki yang dipandang kufu' menjadi suami putri-putri Rasulullah, sebab
Rasulullah SAW adalah orang yang paling mulia di lingkungan klen Bani Hasyim.
Kenyataannya, putri Rasulullah diperistri oleh laki-laki yang klen atau
keluarganya lebih rendah . Ummu Kultsum contohnya, diperistri oleh 'Utsman bin
'Affan yang klennya lebih rendah daripada Bani Hasyim, dan Fathimah diperisteri
oleh 'Ali yang keluarganya lebih rendah daripada keluarga Rasulullah SAW. Hal
ini membuktikan bahwa anjuran agar mencari pasangan yang kufu' maksudnya
bukanlah kufu' dalam pengertian nasab, kedudukan sosial ekonomi, suku atau
keluarga, melainkan kufu' dalam beragama.
Mengapa hanya
agama yang menjadi tolok ukur kufu' untuk memilih istri? Karena agama merupakan
bekal utama yang melandasi kemampuan dan tanggung jawab seorang perempuan untuk
menjadi istri yang shalihah.
Kufu' dalam
beragama ini ialah kualitas akhlaq dan ketaatan beragama calon pasangan
benar-benar setara. Apabila suami lebih baik, sedang istri kurang, keduanya
dikatakan kurang kufu'. Sebaliknya, jika istri lebih baik, ia dikatakan tidak
kufu' sebab suami dituntut memiliki kualitas lebih baik atau setidak-tidaknya
setara.
Islam
menganjurkan memilih istri yang kufu' dalam beragama agar kelak tercipta
suasana sakinah dan mawaddah dalam hidup berumah tangga. Bila antara suami
istri terdapat perbedaan-perbedaan mencolok dalam bidang akhlaq dan ibadah,
apalagi istri jauh lebih rendah daripada suami, hal ini semacam ini akan
menghambat upaya menciptakan rumah tangga yang dipenuhi kemesraan, kebahagiaan,
dan penuh tanggung jawab kepada Allah. Demikianlah, karena istri yang tidak
kufu' memiliki pandangan yang berbeda dalam menilai baik buruk suatu masalah
sehingga dalam rumah tangga muncul dua norma yang bisa berbeda. Hal ini sangat
berbahaya bagi pembinaan akhlaq suami istri dan anak-anaknya. Bukanlah tujuan
setiap orang membina rumah tangga adalah untuk memperoleh kebahagiaan
sebesar-besarnya di dunia dan keselamatan di akhirat kelak? Kalau tujuan
semacam ini tidak dapat diwujudkan, yang akan terjadi adalah perselisihan yang
menyebabkan perderitaan.
Untuk mengukur
kufu' atau tidaknya calon istri, perlu diadakan pengamatan dan penelitian
seksama. Ada beberapa cara yangbisa ditempuh, antara lain :
1. Menanyakan akhlaq dan ibadah perempuan
tersebut kepada teman-teman dekatnya atau tetangga dekatnya yang adil dan jujur
dalam menilai orang.
2. Mengamati akhlaq dan ibadah keluarga perempuan
yang bersangkutan. Bila keluarganya ahli ibadah dan baik akhlaqnya, kemungkinan
besar akhlaq perempuan tersebut seperti keluarganya.
Adapun kufu'
dalam bidang lain, seperti tingkat pendidikan, sosial, ekonomidan lain-lain
bukan merupkan masalah pokok yang dapat menghalangi upaya penciptaan rumah
tangga yang sakinah dan mawaddah. Masalah-masalah semacam itu dapat diatasi
dengan cara melakukan peningkatan secara bertahap dari pihak yang bersangkutan.
Istri yang
pendidikannya jauh lebih rendah daripada suami, misalnya. Tetapi memiliki
kecerdasan yang cukup untuk menambah ilmunya, baik secara otodidak maupun melalui
kursus-kursus, dapat mengimbangi kedudukan suami. Begitu pula istri yang
berasal dari kalangan ekonomi rendah tetapi memiliki pendidikan yang cukup,
kedudukannya otomatis akan terangkat sehingga kedudukannya setara dengan
suaminya. Begitu juga dalam hal kedudukan sosial dan lainnya, istri dapat
mencapai kesetaraan selama suami mau menerima dan mengusahakan peningkatan
kualitas dirinya.
Akan tetapi,
berbeda sekai bila calon istri akhlaqnya rendah dan perilakunya dalam beragama
rusak. Perbaikan dan peningkatan dalam hal ini sangat berat sebab untuk
mengubah akhlaq yang buruk menjadi baik bukanlah pekerjaan yang mudah
dilakukan, bahkan dapat mempengaruhi yang baik menjadi rusak. Itulah sebabnya
Rasulullah SAW, juga para ulama mengingatkan agar laki-laki yang hendak menikah
benar-benar memperhatikan masalah kualitas agama calon istrinya.
Jadi, walaupun
masalah kufu' di luar aspek agama tidak menjadi tuntutan pokok, patut juga kita
perhatikan hal tersebut dengan baik agar kita lebih mudah menciptakan keluarga
yang bahagia, penuh ketenangan dan sejahtera.
Kita sebaiknya
berusaha untuk mendapatkan pasangan yang kufu' dalam seluruh aspek mencakup
akhlaq, ibadah, pendidikan, kedudukan sosial, ekonomi, dan latar belakang
kultur. Semakin banyak persamaan antara calon
pasangan, akan semakin mudah kita membina kesatuan dalam keluarga.
Inilah yang harus kita usahakan agar tujuan kita mewujudkan rumah tangga yang
penuh keberkahan, kebahagiaan dan ketenangan tercapai.
***
09. Tidak Materialis
Dalam Hadits
berikut disebutkan:
Dari Ibnu 'Abbas ra, ujarnya: Rasulullah SAW
bersabda: "Ada empat perkara, siapa mendapatkannya berarti kebaikan dunia
dan akhirat,yaitu hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir,
bersabar ketika mendapatkan musibah, dan perempuan yang mau dikawini bukan
bermaksud menjerumuskan (suaminya) ke dalam perbuatan maksiat dan
bukanmenginginkan hartanya." (H.R.
Thabarani, Hadits Hasan)
Disebutkan juga
dalam Hadits berikut bahwa:
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya
wanita yang membawa berkah yaitu bilamana ia mudah dilamar, murah maskawinnya,
dansubur peranakannya." (H.R. Ibnu Hibban, Hakim, dan lain-lain, dari
'Aisyah).
Penjelasan:
Materialis adalah
sifat lebih mengutamakan materi dan cenderung tidak mau mengeluarkan hartanya
untuk kepentingan orang lain atau kepentingan kebajikan umum.
Wanita materialis
mengukur derajat dan martabat seorang laki-laki semata-mata dari sisi harta
kekayaannya. Ia mau menjadi istri seseorang asalkan yang bersangkutan mampu
memenuhi tuntutan-tuntutan materinya. Ia selalu medambakan kemewahan dan
bertumpuknya harta kekayaan tanpa mempedulikan halal dan haramnya.
Maksud Hadits
pertama ialah perempuan yang baik dijadikan istri antara lain karena tidak
bermaksud mengejar harta dan tidak pula menjerumuskan suaminya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan dosa. Misalnya mendorong suaminya untuk mencari harta
sebanyak-banyaknya walaupun dengan cara haram atau hanya mengeruk harta
kekayaan suami dan meninggalkannya bila suami jatuh miskin.
Hadits kedua
menerangkan bahwa salah satu ciri wanita yang tidak materialis. Perempuan
semacam ini kelak akan membawa berkah bagi keluarganya karena mau menerima
keadaan suami sehingga tidak menyulitkan suaminya dalam memenuhi kebutuhan
keluarga kelak. Sikap semacam inilah yang dapat menciptakan suasana keluarga
penuh dengan rasa riang dan bahagia.
Dalam memilih
calon istri kita diperintahkan agar mencari wanita yang ridha menerima mahar
sedikit, walaupun laki-laki dianjurkan untuk memberikan mahar yang banyak
kepada calon istrinya seperti yang disebutkan dalam Q.S.
An-Nisaa' ayat 4
:
"Berikanlah maskawin kepada wanita (yang
kamu nikahi) dengan maskawin yang menyenangkan ..."
Untuk mengetahui
apakah calon istri materialis atau tidak, dapat dilakukan cara-cara antara
lain:
1. Menanyakan kepada teman-teman dekatnya atau
tetangga dekatnya tentang sikap-sikapnya dalam bidang materi. Misalnya, kita
teliti apakah dia senang berteman dengan orang-orang kaya saja atau juga dengan
orang-orang miskin.
Kita amati sikapnya apakah mau
meminjamkan sesuatu kepada orang yang miskin atau hanya mau meminjamkan sesuatu
kepada yang kaya. Kita amati juga apakah dalam menilai keadaan seseorang ia
hanya melihat sisi materinya atau ia lebih memperhatikan sisi akhlaq dan
kepandaiannya.
2. Mengamati pola kehidupan keluarganya apakah mereka
hanya bergaul dengan orang-orang kaya atau dengan semua kalangan.
3. Mengujinya dengan memberikan hadiah yang murah
apakah apakah ia memberi komentar menyepelekan atau tidak.
Dengan cara-cara
ini diharapkan laki-laki yang akan mempersunting seorang perempuan dapat
mengetahui dengan jelas apakah sifatnya materialis atau qana'ah (menerima apa
adanya) dan menjauhi kemewahan.
Laki-laki yang
bertujuan mewujudkan keluarga islami dalam rumah tangganya, hendaklah
benar-benar memilih calon istri yang tidak materialis. Hal ini dimaksudkan agar
keluarganya dapat hidup berbahagia, sejahtera, penih ketentraman, kasih sayang
sesuai dengan peraturan Islam.
***
10. Senang Menyambung Ikatan Kerabat
Dalam Hadits
berikut disebutkan:
Dari Maimunah ra, sesungguhnya ia telah
memerdekakan salah seorang budak perempuannya tanpa lebih dahulu minta izin
kepada NabiSAW. Ketika tiba saat Nabi bergilir kepadanya, ia berkata:
"Wahai Rasulullah, apakah Tuan
tahu bahwa saya telah memerdekakan budak
perempuanku?" Sabdanya: "Apakah engkau telah melakukannya?"
Jawabnya: "Ya" Sabdanya:"Alangkah baiknya kalau budak perempuan
itu engkau hadiahkan kepada paman-paman dari pihak ibumu karena pahalanya akan
lebihbesar bagi dirimu." (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Nasa'i)
Penjelasan:
Perempuan yang
baik untuk dijadikan istri adalah perempuan yang suka menjalin ikatan
silahturahmi dengan keluarga dan kerabat.
Hadits di atas
menceritakan bahwa ketika Maimunah memberitahu Rasulullah SAW, bahwa dirinya
telah memerdekakan budak miliknya, beliau bersabda:
"Alangkah
baiknya kalau budak perempuan itu engkau hadiahkan kepada paman-paman dari
pihak ibumu." Ini berarti bahwa Rasulullah SAW lebih menekankan perlunya
mempererat ikatan kekerabatan daripada sekedar membebaskan budak.
Peranan seorang
istri sangat besar dalam mempererat hubungan suaminya dengan keluarga dan
kerabatnya. Bila seorang istri suka menjaga dan memelihara hubungan dengan
kerabat-kerabatnya, baik dari pihaknya sendiri maupun dari puhak suaminya,
jaringan hubungan kekeluargaan akan menjadi luas, sehingga memudahkan mereka
untuk saling menerima dan memberi bantuan.
Kebanyakan orang,
terutama para istri, tidak suka bila dia harus membantu atau menanggung beban
hidup orang lain. Mereka lebih mengutamakan kesejahteraan keluarganya daripada
membantu kerabat atau keluarga besarnya.
Umumnya,
perempuan lebih mengutamakan diri dan anak-anaknya dan cenderung kurang peduli
dengan keluarga besarnya. Mereka khawatir kalau terlalu banyak membantu
keluarga besar, kepentingannya tidak terpenuhi. Hal inilah yang sering
merintangi para istri untuk bersikap lebih dermawan kepada keluarga besarnya,
apalagi kepada keluarga besar suaminya.
Kita tak boleh
merasa tidak memerlukan uluran tangan keluarga atau kerabat kita, karena sikap
semacam ini hanya merugikan diri sendiri. Walaupun keluarga kita berkecukupan,
kita harus ingat bahwa kekayaan tidak bisa dinikmati selamanya.
Peristiwa-peristiwa mendadak yangbisa menghancurkan kekayaan dan kesejahteraan,
tidak dapat kita duga datangnya. Hal semacam ini kemungkinan besar tidak dapat
kita atasi sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu
siapakah yang kita harapkan dapat memberikan bantuan jika bukan dari keluarga
besar kita sendiri.
Sebuah keluarga
kaya misalnya, mereka merasa tidak memerlukan bantian lagi dari keluarga
besarnya, lalu bersikap acuh dan merendahkan. Suatu ketika keluarga ini
mengalami malapetaka, misalnya rumahnya terbakar habis sehingga tidak tersisa
harta sedikitpun. Pada saat semacam ini, siapakah yang diharapkan untuk segera
memberikan bantuan kepada dirinya jika hubungannya dengan keluarga besarnya
tidak baik? Dia akan menderita dan putus asa karena tidak ada orang yang bisa
diharapkan pertolongannya. Ia tidak bisa berharap kepada keluarga besarnya
karena selama ini tidak mau peduli kepada mereka.
Untuk mengetahui
seberapa jauh minat dan hasrat calon ustri terhadap upaya pemeliharaan ikatan
silahturahmi dengan keluarga, kita dapat menempuh cara-cara antara lain:
1. Menanyakan kepada kerabat dekatnya apakah yang
bersangkutan kenal, akrab dan sering berkunjung atau tidak.
2. Menanyakan kepada teman-teman perempuannya
atau tetangga sekitarnya apakah dia berhubungan baik dengan mereka atau tidak.
Karena pentingnya
keluarga besar dan kerabat bagi setiap keluarga, kita wajib memperhatikan calon
istri kita seberapa jauh ia mempedulikan kerabat dan keluarga besarnya. Bila
yang bersangkutan adalah orang yang selalu memelihara dan menyuburkan ikatan
silahturahmi dengan keluarga dan kerabatnya, perempuan semacam ini baik
dijadikan istri dan akan membawa berkah dalam membangun rumah tangga kelak.
Sebaliknya, jika dia tidak peduli dengan ikatan kekeluargaan, kemungkinan besar
perempuan semacam ini tidak akan memberikan berkah dalam keluarga suaminya.
Oleh karena itu, carilah istri yang suka memelihara ikatan silaturahmi.
***
11. Pandai Menyimpan Rahasia
Rasulullah SAW
bersabda dalam Hadits berikut :
"Sungguh wanita yang terbaik di antara
wanita kamu ialah yang subur, besar cintanya, teguh memegang rahasia,..."
(H.R. Thusy)
Penjelasan:
Hadits tersebut
menerangkan ciri-ciri perempuan yang baik untuk dijadikan istri, salah satunya
ialah pandai menyimpan rahasia.
Rahasia adalah
sesuatu yang tidak patut diketahui oleh orang lain. Apabila sesuatu yang
diketahui oleh orang lain dapat menimbulkan kemarahan yang bersangkutan atau
mengancam kepentingannya atau membuat malu, hal tersebut itu disebut rahasia.
Rahasia ada
bermacam-macam, antara lain rahasia rumah tangga, rahasia kantor, rahasia
bisnis, rahasia partai, rahasia negara, dan lain-lainnya. Semua rahasia tidak
patut dibocorkan kepada orang lain karena hal semacam itu akan merugikan orang
yang bersangkutan.
Kerugian yang
diderita oleh orang lain tentu bergantung pada permasalahannya. Jika
permasalahannya sangat peka karena menyangkut keamanan negara dan masyarakat,
bahayanya pun akan sangat besar. Jika rahasia itu menyangkut pribadi seseorang,
hal itu akan sangat merusak kredibilitasnya.
Seorang laki-laki
dalam memilih istri harus memperhatikan sifat-sifat yang bersangkutan apakah ia
termasuk orang yang pandai menyimpan rahasia atau tidak. Hal ini perlu
dilakukan, karena orang-orang yang tidak bisa menjaga lidahnya, tidak akan
memperhatikan kerahasiaan suatu masalah yang dibicarakan. Apa saja yang
diketahuinya dilontarkan kepada orang lain. Hal ini semacam ini tentu saja akan
sangat merugikan kepentingan suami.
Seorang perempuan
yang pandai menyimpan rahasia suami atau keluarganya akan dapat menjaga
kehormatan suami dan keluarganya dengan baik, apalagi bila rahasia tersebut
menyangkut kepentingan umum. Sebaliknya, istri yang tidak pandai menjaga
rahasia suami dan keluarganya, tentu akan membuat aib bagi suami dan
keluarganya, bahka dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka. Seorang istri
yang tidak pandai menjaga kehormatan dan kewibawaan keluarganya di hadapan
orang lain atau di tengah masyarakat adalah orang yang kepribadiannya tidak
sehat.
Istri yang tidak
pandai menyimpan rahasia suami bisa merugikan nama baik suaminya. Misalnya,
istri seorang pejabat yang mengurus kepentingan pemeriksaan pajak yang tidak
pandai menjaga rahasia tugas suaminya akan merugikan kredibiltas suami. Ketika
suami melakukan pemeriksaan pajak atau seorang pengusaha dan ditemukan adanya
pelanggaran pengusaha tersebut dalam perpajakan, sehingga yang bersangkutan
akan dapat dikenakan sangsi pidana, istri membocorkan rahasia tersebut kepada
pengusaha yang diperiksa suaminya.
Istri yang tidak
pandai menyimpan rahasia suami sangat membahayakan keselamatan suami dan
keluarganya karena bisa saja rahasia penting suami dan keluarganya diketahui
oleh orang lain, padahal tersiarnya rahasia tersebut dapat membahayakan
keselamatan jiwa suami dan keluarganya. Misalnya, suaminya seorang petugas
reserse yang tengah mengejar seseorang yang dianggap pengacau keamanan negara.
Istri kemudian membocorkan hal ini kepada orang lain sehingga sampailah
beritanya kepada yang bersangkutan. Sikap istri ini boleh jadi menyebabkan
buron yang sedang dicari suaminya melarikan diri atau berusaha membunuh
pengejarannya. Jika terjadi hall semacam ini, tentulah keamanan dan keselamatan
suaminya dalam bahaya.
Pada masa
Muhammad Hatta menjadi wakil presiden RI tahun 1951, beliau dengan Safrudin
Prawiranegara sebagai menteri keuangannya mengambil kebijaksanaan memotong
nilai uang sampai 50%. Uang yang nilainya Rp. 5,- ke atas dipotong 50%.
Kebijakan ini diputuskan oleh kabinet yang sidangnya dipimpin oleh wakil
presiden Muhammad Hatta.
Beberapa hari
kemudian setelah sidang ini, pemerintah mengumumkan kebijakan tersebut. Pada
saat keluar pengumuman tersebut, istri Bung Hatta berkata kepada beliau,
mengapa dia tidak diberi tahu bahwa pemerintah merencanakan pemotongan uang
sehingga nilainya tinggal 50%. Atas pernyataan istrinya, Bung Hatta tidak
menanggapi. Menurut Bung Hatta, hal ini menyangkut rahasia negara dan menjadi
kepentingan umum harus disimpan begitu rupa, sekalipun terhadap istrinya.
Sikap Bung Hatta
semacam ini patut menjadi pelajaran bagi kita betapa pentinya kehati-hatian
seseorang dalam menjaga rahasia walaupun terhadap istrinya sendiri jika
masalahnya menyangkut kepentingan negara atau masyarakat. Sudah tentu Bung
Hatta tidak bermaksud tidak mempercayai istrinya. Beliau menilai bahwa
persoalan yang dirahasiakannya jauh lebih penting dibandingkan dengan hubungan
seorang suami dengan istrinya.
Untuk mengetahui
apakah calon istri pandai menyimpan rahasia atau tidak, perlulah diadakan
penelitian terhadap yang bersangkutan. Cara-cara yang dapat ditempuh antara
lain:
1. Menanyakan hal tersebut kepada teman-teman
perempuan dekatnya. Bila menurut teman-temannya ia ternyata tidak mampu menjaga
rahasia dan sifatnya tidak bisa diperbaiki, sebaiknya ia tidak dipilih menjadi
istri. Misalnya, dengan menanyakan apakah dia bisa memegang rahasia bila
temannya bercerita kepadanya dengan pesan agar tidak disampaikan kepada siapa
pun, atau apakah dia sering menceritakan aib seseorang kepada teman-temannya.
2. Mengujinya dengan menceritakan sesuatu yang
dianggap rahasia, kemudian diselidiki apakah dia menyebarkan kepada orang lain
atau menyimpannya untuk dirinya sendiri.
Setelah melakukan
upaya untuk mengetahui kemampuan calon istri menyimpan rahasia dan terbukti
calon istri seorang yang bisa menjaga rahasia, ia bisa dipercayai sebagai istri
yang baik. Perlu kita ketahui bahwa orang yang kita percayai sebagai istri
bukan hanya dipercaya sebagai teman untuk memenuhi kebutuhan biologis,
melainkan juga dipercaya sebagai sahabat dalam segala urusan pribadi yang
menyangkut semua aspek kehidupan suami. Bila istri dapat memenuhi persyaratan
semacam ini, suami akan terbantu dalam mengemban tugas-tugas penting dalam
kerjanya, apalagi tugas-tugas yang penuh rahasia. Insya Allah, ia akan mampu
menjaga martabat dan kehormatan suaminya di hadapan orang lain dan di tengah
masyarakat.
Jadi, karena
menyimpan rahasia merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh kebanyakan
orang, laki-laki harus memperhatikan hal itu. Ia seharusnya memilih calon istri
yang pandai menyimpan rahasia. Insya Allah, segala kekurangan dan aib rumah
tangga tidak akan pernah diketahui orang lain, sekalipun mertua atau kerabat
dekatnya.
***
12. Subur
Disebutkan dalam
Hadits berikut:
"Kawinlah dengan perempuan pecinta lagi
bisa punya anak banyak (subur) agar aku dapat membanggakan jumlahmu yang banyak
dihadapan para nabi pada hari kiamat nanti." (H.R. Abu Dawud dan Nasa'i)
Dari Ma'qil bin Yasar, ujarnya : Seorang
laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu ujarnya : "Wahai Rasulullah,
saya telah mendapatkanseorang perempuan dari keturunan terhormat, kedudukan
sosialnya tinggi, dan berharta, namun mandul. Bolehkah saya mengawininya?"Beliau
melarangnya. Orang itu datang lagi kedua kalinya dan berkata kepada beliau
seperti semula. Ia datang untuk ketiga kalinya,kemudian Rasulullah SAW bersabda
kepadanya : "Kawinilah oleh kalian wanita yang rasa cintanya besar dan subur,
karena kelak aku akanmembanggakan kalian di hadapan umat-umat lain." (H.R. Abu Dawud, Nasa'i dan Hakim)
Penjelasan:
Kesuburan seorang
perempuan ditentukan dari kemampuannya melahirkan anak. Seorang perempuan yang
tidak dapat melahirkan anak banyak dikatakan kurang subur. Ukuran banyak
menurut bahasa Arab adalah jumlah lebih dari dua.
Rasulullah SAW
mengatakan bahwa perempuan yang subur telah memberikan darma bakti yang sangat
besar kepada agama. Darma bakti yang diberikan bukan hanya untuk kepentingan
duniawi, melainkan juga untuk kepentingan ukhrawi. Rasulullah menyatakan bahwa
beliau di akhirat kelak akan mengumumkan perasaan bangganya di hadapan para
nabi lain karena beliau mempunyai umat yang terbanyak di antara mereka.
Untuk dapat
memperoleh umat yang terbanyak inilah Rasulullah SAW sangat menganjurkan supaya
kaum muslimin mempunyai anak banyak. Agar maksud ini tercapai, kaum laki-laki
muslimin hendaklah mengutamakan perempuan-perempuan yang subur memiliki
kelebihan dunia dan akhirat dibandingkan dengan perempuan yang tidak subur.
Hadits tersebut
dengan tegas memberikan petunjuk kepada para istri agar memiliki tekad kuat
untuk melahirkan anak banyak. Hal ini perlu diperhatikan karena mereka akan
memperoleh penghargaan yang tinggi di akhirat kelak. Mereka patut merasa bangga
karena telah membantu Rasulullah SAW memperoleh kemuliaan yang tingggi di
hadapan para nabi lainnya.
Istri yang
diminta melahirkan anak yang banyak oleh suaminya tidak seharusnya merasa
terbebani selama hal tersebut tidak mengancam kesehatan dan keselamatan
jiwanya. Mereka harus menyadari bahwa usahanya telah menyumbangkan amal shalih
yang sangat berharga bagi kepentingan Islam.
Dengan banyaknya
jumlah umat Islam, insya Allah akan mudah bagi kaum muslimin menyiapkan
sumber-sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam menangani berbagai masalah di
dunia ini.
Memiliki istri
yang subur dan mau melahirkan anak banyak akan memperoleh keuntungan duniadan
akhirat. Keuntungan di dunia ialah martabat dan kemuliaannya dan istrinya
terangkat oleh anak-anaknya bila mereka menjadi anak shalih. Akan tetapi, ia
dan istrinya tidak akan mendapat kehinaan dan rasa malu bila mereka menjadi
orang tidak baik.
Keuntungan di
akhirat yang didapatkan olehnya dan juga istrinya adalah pahala amal shalih
anaknya bila mereka telah meninggal, bahkan kelak mereka dapat menyelamatkan
suami dan istri tersebut dari siksa neraka, sedangkan dosa anak tidak menambah
dosa suami istri yang telah meninggal.
Adapun kerugian
memiliki istri tidak subur ialah adanya kemungkinan besar untuk tidak
mendapatkan anak. Suami istri yang tidak mempunyai anak tidak akan memperoleh
keuntungan seperti yang didapat oleh mereka yang mempunyai anak.
Untuk mengetahui
kesuburan calon istri dapat ditempuh cara-cara antara lain:
1. Memperhatikan keturunnya apakah nenek dan
ibunya termasuk perempuan yang subur atau tidak.
2. Melakukan tes kesehatan yang dewasa ini dengan
mudah dapat menentukan subur atau tidakanya seorang perempuan.
Dengan cara-cara
sah semacam inilah, seorang laki-laki dapat mengetahui kesuburan calon
istrinya.
Kita harus
mempunyai anak banyakuntuk memenuhi seruan Rasulullah SAW seperti yang telah
disebutkan dalam Hadits. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang kita miliki
memberi nilai duniawi dan ukhrawi yang tinggi. Di dunia anak-anak yang shalih menjadi
kebanggaan orang tua; di akhirat mereka dapat menyelamatkan orang tuanya dari
ancaman siksa neraka. Selain itu, orang tua yang mempunyai anak yang banyak
akan memperoleh penghargaan dan pahala yang besar karena telah memnuhi harapan
Rasulullah.
Ringkasnya,
setiap laki-laki muslim harus memperhatikan subur tidaknya perempuan yang
hendak dijadikan istri. Tujuannya adalah supaya perkawinannya kelak benar-benar
membawa keberuntungan bersama di dunia dan di akhirat. Dengan memiliki istri
yang subur ia bisa melakukan amal shalih yang membawa kebahagian dunia akhirat.
***
13. Tabah Menderita
Rasulullah SAW
bersabda dalam Hadits berikut :
"Sungguh wanita yang terbaik di antara
wanita kamu ialah yang subur, besar cintanya, teguh memegang rahasia, tabah menderita
menguruskeluarganya,.." (H.R.
Thusy)
Penjelasan:
Hadits di atas
menerangkan bahwa salah satu sifat baik seorang perempuan ialah tabah menderita
menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. Segala bentuk derita yang dihadapinya
tidak membuatnya putus asa sehingga lari ke jalan yang haram. Misalnya, karena
kemelaratannya, ia menjadi pelacur atau mencuri.
Sifat tabah
menderita ialah kemampuan batin untuk tidak mengeluh dan putus asa menghadapi
kesulitan-kesulitan hidup.
Setiap orang
sangat mungkin menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupan di dunia ini.
Adakalanya seseorang tabah menghadapi penderitaan, namun adakalanya cepat
berputus asa dan menjadi murung menghadapi kesulitan kecil sekalipun. Mental
semcam ini tentu sangat merugikan yang bersangkutan karena orang yang mudah
berputus asa atau murung mudah kehilangan semangat hidup dan lebih senang
menghindari kesulitan walaupun dengan cara yang merugikan dirinya sendiri.
Karena tidak sanggup menghadapi kesulitan ekonomi atau tidak bisa menyelesaikan
ekonomi atau tidak bisa menyelesaikan pelajaran yang berat di sekolah misalnya,
seseorang memakan obat penenang. Hal semacam ini tentu merugikan diri sendiri.
Salah satu sifat
perempuan yang kurang baik untuk dijadikan istri ialah tidak tabah menderita.
Untuk itulah, Rasulullah SAW memberikan petunjuk kepada laki-laki mu'min agar
tidak mudah tertarik kepada sembarang perempuan, yang akhirnya hanya akan
menimbulkan penyesalan.
Dalam kehidupan
berumah tangga boleh dikatakan hampir selalu muncul kesulitan dan penderitaan.
Keluarga yang kekurangan contohnya, tentu mengalami kesulitan ekonomi saat
diterpa krisis moneter. Contoh lain, anak-anak berprilaku tidak baik tentu akan
menimbulkan kejengkelan dan aib pada orang tua.
Seorang suami
yang istrinya tidak tabah menderita akan selalu dirongrong keluhan-keluhan
walaupun hanya hal yang sepele. Suami tentu akan sangat terganggu dengan sikap
istrinya. Sikap istri yang tidak dewasa menghadapi suatu masalah akan
mengganggu ketenangan suami dan merusak konsentrasinya dalam menghadapi masalah
yang lebih besar di luar rumahnya atau persoalan pekerjaannya. Hal ini dapat
membuat prestasi kerja suami menurun atau suami jenuh tinggal di rumah. Hal-hal
negatif semacam ini tentu dapat merusak keharmonisan rumah tangga. Bila
keluarga semacam ini kelak mempunyai anak, sikap istri yang tidak dewasa
mungkin akan berpengaruh tidak baik pada anak-anak. Hal-hal semacam ini tentu
akan merusak suasana kebahagiaan keluarga dan pertumbuhan mental anak secara
sehat.
Oleh karena itu,
agar tercapai keharmonisan dan kebahagiaan dalam membina keluarga setiap
laki-laki yang akan memilih calon istri hendaknya menyelidiki sifat ini pada
diri yang bersangkutan. Cara yang bisa dilakukan antara lain:
1. Melihat pola kehidupan yang bersangkutan dalam
menghadapi kesulitan sehari-hari. Misalnya, kita amati bagaimana sikapnya bila
mengalami kekurangan makan apakah mereka mengatasinya dengan berpuasa atau
mengambil hak orang lain.
2. Menanyakan kepada keluarga dekat atau teman
dekat atau tetangga dekatanya apakah yang bersangkutan orang yang gampang putus
asa atau tahan uji. Misalnya, kita amati sikapnya ketika pembantu rumah tangga
mengambil cuti apakah dia mau mengerjakan rumah sendiri atau tidak.
Dengan cara-cara
tersebut sifat perempuan yang ingin dijadikan istri dapat diketahui. Bila dia
ternyata mudah putus asa dan tidak ada harapan untuk diperbaiki, sebaiknya
perempuan semacam ini tidak dijadikan istri. Akan tetapi,bila sifatnya negatif
itu ada harapan untuk diperbaiki, kita boleh menikahinya, lalu berusaha semaksimal
mungkin menghilangkan sifat tersebut sehingga kelak bisa menjadi perempuan yang
tahan menghadapi kesulitan.
Ini perlu
dilakukan, sebab adakalanya perempuan yang semula terlihat mudah sekali murung
dan berputus asa menghadapi kesulitan, berubah sifat ketika sudah bersuami.
Sifat negatifnya berubah karena suaminya sabar membimbing mentalnya sehingga ia
menjadi istri yang tabah menderita. Oleh karena itu, perempuan yang sebelum
menjadi istri terlihat pemurung dan mudah berputus asa, brlum tentu akan tetap bersifat
seperti itu kalau sudah menjadi istri.
Jadi, peran suami
untuk mengubah sifat negatif istri sanagat besar. Usahanya mengubah sifat
negatif akan menciprumah tangga bahagia dan penuh ketentraman.
Ringkasnya,
seorang laki-laki yang ingin memilih calon istri hendaklah mengutamakan
perempuan yang tabah menderita. Perempuan semacam ini memiliki modal yang baik
untuk menjadi istri. Ia dapat diharapkan
mengantarkan suaminya ke alam kehidupan rumah tangga yang penuh kebahagian
dan ketentraman.
***
14. Bukan Pencemburu Buta
Disebutkan dalam
Hadits berikut:
Dari Abu Hurairah, telah sampai kepadanya
bahwa Nabi SAW bersabda: "Seorang wanita tidak boleh meminta suaminya
menceraikanistrinya (yang lain) supaya berkecukupan tempat makannya
(nafkahnya)." (H.R.Tirmidzi)
Penjelasan:
Sifat cemburu
berarti sifat curiga kepada orang lain karena iri hati. Cemburu juga berarti
tidak senang melihat orang lain memperoleh kebaikan atau keberuntungan. Seorang
perempuan dikatakan pencemburu buta apabila ia selalu mudah mencurigai
perempuan lain akan merusak hubungannya dengan suami atau calon suaminya.
Hadits tersebut
menerangkan adanya larangan bagi perempuan mempunyai sifat mementingkan
kesenangannya sendiri dan berusaha dan berusaha menghilangkan kesenangan orang
lain yang menjadi madunya. Sifat ini termasuk dalam pengertian sifat cemburu
buta dan sudah tentu sangat tercela, baik dalam pandangan Islam maupun
masyarakat.
Seorang perempuan
yang bersifat cemburu buta dapat menyulitkan langkah suaminya. Perempuan
semacam ini selalu mencurigai setiap perempuan yang dekat dengan suaminya atau
yang berurusan dengan suaminya sebagai orang yang akan merusak kebahagiaan dan
merebut suami dari dirinya. Sikapnya akan membuat suami mengalami berbagai
kesulitan ketika menghadapi perempuan lain yang berurusan dengan dirinya karena
khawatir akan timbul konflik dengan istrinya. Akibatnya, langkah dan gerak
suami selalu terhalangi sehingga kebebasannya untuk mengembangakan kemampuan
usaha dan aktivitasnya terganggu.
Karena sifat
cemburu buta bisa membahayakan keselamatan dan aktivitas suami, seorang
laki-laki yang hendak memilih seorang perempuan sebagai istri harus lebih
dahulu mengamati dengan seksama sifat perempuan tersebut.
Cara yang dapat
ditempuh antara lain:
1. Menanyakan perihal sifatnya kepada keluarga
dekatnya. Misalnya, kita amati ketika ibunya mengajak adik atau kakaknya
berbelanja apakah dia cemburu buta atau tidak.
2. Menanyakan perihal sifatnya kepada tetangga
dekatnya. Misalnya, kita amati bagaimana sikapnya ketika ibunya mengajak anak
tetangga berbelanja apakah dia cemburu buta atau tidak.
3. Meminta anggota keluarga kita yang perempuan
untuk menyelidiki dengan seksama sifatnya.
Bila ternyata
perempuan yang kita maksudkan untuk dijadikan istri mempunyai sifat cemburu
buta, sebaiknya kita mengurungkan niat kita. Akan tetapi, bilamana tingkat
kecemburuannya masih dapat dierbaiki sehingga tidak sampai menekan orang lain,
kita boleh melanjutkan keinginan kita untuk memperistrinya dan secara bertahap
memperbaikinya hingga ia menjadi perempuan yang toleran.
Para laki-laki
yang ingin megambil seorang perempuan menjadi istri hendaklah mengutamakan
perempuan yag tidak memiliki sifat cemburu buta. Tujuannya agar kelak tidak
megalami percekcokan dan perseteruan dalam kehidupan berumah tangga dan dapat
terwujud rumah tangga yang sainah dan penuh kasih sayang.
***
15. Perangai dan Kata-katanya
Menyenangkan
Disebutkan dalam
Hadits berikut:
"Tiga hal keberuntungan yaitu: istri yang
shalih; kalau engkau lihat, menyenangkanmu; dan kalau engkau pergi, engkau
merasa percaya bahwa iadapat menjaga dirinya dan hartamu; kuda penurut lagi
cepatlarinya, yang dapat membawamu menyusul teman-temanmu; dan rumah besar yang
banyak didatangi tamu. Tiga hal kesialan yaitu: istri yang kalau engkau
lihat,menjengkelkanmu, ucapannya menyakiti kamu, dan kalau engkau pergi, engkau
merasa tidak percaya bahwa ia dapat menjaga dirinya dan hartamu; kuda yang
lemah; jika engkau pukul, bahkan menyusahkanmu; dan kalau engkaubiarkan, malah
tidak dapat membawamu menyusul teman-temanmu; serta rumah yang sempit lagi
jarang didatangi tamu."
(H.R. Ahmad. Hadits yang semakna dengan ini
riwayat oleh Thabarani, Bazzar dan Hakim)
Penjelasan:
Maksud Hadits di
atas ialah tiga macam hal yang menjadi penunjang kebahagiaan hidup di dunia
yaitu istri yang shalihah, kendaraan yang bagus, dan rumah besar yang banyak
dikunjungi tamu.
Perangai
menyenangkan merupakan sifat yang membuat orang lain simpati dan gampang
bersahabat. Orang yang berperangai menyenangkan terlihat dari ekspresi wajah
dan gerak-geriknya. Wajahnya selalu riang gembira menghadapi orang lain dan
sikapnya ramah dalam menerima orang lain. Orang yang memiliki sifat dan sikap
semacam ini akan membuat senang setiap orang yang berhadapan dengan dirinya.
Seorang laki-laki
yang ingin beristri tentulah mengharapkan perempuan yang diidolakannya
itubenar-benar dapat menjadikan dirinya selalu berada dalam suasana ceria dan
bahagia. Untuk mencapai hal ini, sebelum seorang laki-laki menjatuhkan pilihan
kepada seorang perempuan untuk dijadikan sebagai istrinya, ia perlu meneliti
apakah yang bersangkutan suka bertutur kata dan berperangai menyenangkan atau
tidak. Hal ini perlu dilakukan sebab dalam kehidupan rumah tangga orang selalu
mendambakan suasana senang bagaikan di dalam syurga walaupun tengah menghadapi
krisis ekonomi atau ketiadaan harta. Suasana yang penuh ceria di dalam rumah
tangga akan memberikan dorongan kuat kepada anggota keluarga menghadapi
berbagai kesulitan dan krisis. Suasana semacam ini membuat anggota keluarganya
bisa mengatasi berbagai tantangan hidup.
Seorang istri
yang selalu bertutur kata dan berperangai menyenangkan akan dapat menjadi obat
mujarab bagi suami dan seluruh anggota keluarganya dalam membina ketabahan,
keberanian dan keuletan menjalani kehidupan ini. Seorang istri yang menerima
kedatangan suami dengan wajah ceria, tutur kata yang menyegarkan dan pelayanan
yang menggembirakan misalnya, akan membangkitkan kembali semangat suaminya
untuk menghadapi tantangan bisnisnya. Sebaliknya, bilamana istri menyambut
kedatangan suami dengan sikap murung, tutur kata yang menyakitkan hati dan
pelayanan yang buruk, mental suami akan semakin jatuh dan semangatnya untuk
menghadapi kesulitan akan semakin hilang. Hal semacam ini sudah tentu akan
merugikan seluruh anggota, karena orang yang menjadi tumpuan hidup keluarga
sedang mengahadapi kesulitan berat.
Untuk mengetahui
apakah calon istri kita berperangai dan bertutur kata menyenangkan, kita dapat
melakukan penelitian dan penyelidikan dengan cara antara lain:
1. Mengutus anggota keluarga kita agar menemuinya
dengan sikap kurang bersahabat. Jika ia tetap menghadapinya dengan wajah ceria
dan sikap ramah tamah, perempuan tersebut termasuk orang yang berperangai baik.
Akan tetapi, bilamana dia menghadapinya dengan sikap dan wajah tidak menyenangkan,
berarti ia bukan perempuan yang berperangai baik.
2. Menanyakan kepada tetangga dekatnya atau
perempuan yang menjadi teman dekatnya apakah dia orang yang berperangai dan
bertutur kata baik ataukah sebaliknya. Kita amati sikapnya dalam berbicara
dengan tetangga atau teman-temannya apakah perangai dan tutur katanya baik atau
tidak.
Pengujian dan
penelitian seperti di atas agar kelak kita bisa mendapatkan istri yang kita
dambakan dapat membina rumah tangga yangmenjadi keinginan bersama. Kita
sebaiknya mengetahui apakah perempuan yanghendak dijadikan istri yang
berperangai baik dan berperilaku luhur serta bertutur kata menyenangkan ataukah
sebaliknya. Dengan mendapatkan perempuan yang berperilaku baik dan luhur ini
berarti kita telah mendapatkan modal sangat berharga dalam memasuki dunia rumah
tangga. Insya Allah, istri semacam ini akan membawa kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Ringkasnya, para
lelaki yang hendak menginjakkan kakinya ke dunia rumah tangga hendaknya
mengutamakan perempuan yang memiliki sifat terpuji di atas sebagai istrinya.
Tujuannya agar kelak ia dapat menciptakan rumah tangga yang penih bahagia
seperti yang menjadi idaman setiap orang.
***
16. Mudah Dilamar
Dalam Hadits
berikut disebutkan bahwa:
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya
wanita yang membawa berkah yaitu bila ia mudah dilamar, murah maskawinnya,
suburperanakannya."(H.R.Ibnu Hibban, Hakim, dan lain-lain, dari 'Aisyah)
Penjelasan:
Hadits tersebut
menerangkan ciri-ciri wanita yang membawa berkah, yaitu mudah dilamar, murah
maskawinnya dan subur peranakannya.
Mudah dilamar
maksudnya menerima lamaran seorang laki-laki muslim yang taat ibadah dan baik
akhlaqnya tanpa mempersoalkan kekayaan, status sosial, ketampanan dan
pekerjaannya. Perempuan yang mudah dilamar juga tidak akan menunda waktu
perkawinan. Yang terpenting baginya, laki-laki yang datang kepadanya
benar-benar terbukti taat beragama. Perempuan yang ridla dilamar laki-laki
seperti itu akan mendapatkan limpahan karunia dan rahmat dalam kehidupan rumah
tangganya seperti yang dijanjikan Rasulullah SAW dalam Hadits di atas.
Seorang laki-laki
tidak akan terbebani berbagai persyaratan yang kemungkinan besar akan
menghambat pernikahannya jika melamar perempuan yang mudah menerima lamarannya.
Ia bisa segera melangsungkan akad nikah sehingga dapat menjauhkan dirinya dari
godaan untuk melakukan perbuatan maksiat.
Orang yang
terhalang menyalurkan keinginan seksualnya secara sah bisa terjerumus ke dalam
penyelewengan seksual, seperti berzina atau paling ringan melakukan onani. Hal
semacam ini dapat dicegah bila yang bersangkutan menikah secepatnya. Oleh
karena itu, memilih wanita yang mudah dilamar merupakan berkah bagi laki-laki
yang melamarnya, juga bagi wanita yag dilamarnya. Berkahnya, kedua belah pihak
akan memperoleh penyaluran dorongan seksualitas secara sehat dan halal sehingga
tidak melakukan perbuatan yang melanggar agama.
Wanita yang
mengajukan berbagai persyaratan bila dilamar tidak akan membawa berkah dalam
perkawinannya. Wanita semacam itu akan banyak menuntut suaminya agar memenuhi
kesenangannya sehingga memberatkan beban rumah tangga.
Ringkasnya, para
pemuda khususnya dan kaun laki-laki umumnya hendaklah mencari wanita yang mudah
dilamar untuk dijadikan istrinya.
***
17. Besar Cintanya
Rasulullah SAW
bersabda dalam Hadits berikut:
"Sesungguhnya wanita yang terbaik di
antara wanita kamu ialah yang subur, besar cintanya,..." (H.R. Thusy)
Penjelasan:
Hadits di atas
menerangakan bahwa perempuan yang subur dan besar cintanya kepada laki-laki
yang menjadi suaminya adalah wanita yang baik.
Yang dimaksud
dengan wanita yang besar cintanya adalah wanita yang sepenuh hati mencurahkan
segenap kasih sayang, kerinduan dan kecintaannya kepada suami, Ia tidak mau
membandingkan suaminya dengan laki-laki lain, baik dalam urusan ketampanan, kekayaan,
kedudukan, pekerjaan, pengetahuan dan ketrampilannya. Ia benar-benar hanya
mencintai suaminya dan menerima kelemahan dan kelebihan suaminya.
Merupakan suatu
rahmat besar bagi seorang laki-laki bila dia mendapatkan wanita yang sangat
mencintainya tanpa terpengaruh oleh keadaan orang lain. Ia tidak akan pernah
mengecewakan atau membuat suaminya marah karena ia selalu membanggakan suami
dan mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada suami walaupun dalam keadaan
kekurangan. Istri semacam ini akan bisa menciptakan suasana rumah tangga
gembira dan penuh rasa bahagia.
Untuk mengetahui
apakah calon istri besar cintanya atau tidak, dapat dibuktikan ketika dipinang
apakah dia segera menerimanya ataukah menunda menerima dengan alasan yang tidak
jelas. Bila ternyata ia segera menerima dengan penuh kejujuran dan keikhlasan,
bukan karena hendak menutup malu atau lain-lainnya, hal itu dapat dijadikan
salah satu tanda besar cintanya kepada calon suaminya.
Jadi, karena
wanita yang dapat mencintai suaminya dengan cinta yang besar adalah ciri istri
yang baik, hendaklah laki-laki memperhatikan petunjuk Rasulullah SAW dengan
baik. Ia hendaknya berusaha memilih calon istri yang benar-benar mencintainya
tanpa membandingkan keadaan dirinya dengan orang lain. Tujuannya agar ia dapat
menciptakan kehidupan rumah tangga yang sakinah dan penuh kebahagiaan bersama
istrinya.
***
18. Patuh dan Taat
Rasulullah SAW
bersabda dalam Hadits berikut:
"Sesungguhnya wanita yang terbaik di
antara kamu ialah yang subur, besar cintanya, teguh memegang rahasia, tabah
menderita,mengurus keluarganya, patuh terhadap suaminya, pesolek bagi suaminya,
membentengi dirinya dari
laki-laki lain, mau mendengar ucapan suami dan
menaati perintahnya, dan bila bersendirian dengan suaminya ia pasrahkan dirinya
padakehendak suaminya, serta tidak berlaku dingin kepada suaminya." (H.R.
Thusy)
Penjelasan:
Hadits di atas
menerangkan ciri-ciri istri yang baik, yang salah satunya ialah patuh pada
ucapan suami dan taat dalam menjalankan perintahnya serta menjauhi larangannya.
Yang dimaksud
dengan patuh dan taat ialah kesungguhan mengikuti dengan ikhlas perintah yang
diberikan kepadanya dan menjauhi larangan yang dikenakan kepadanya.
Perempuan yang
patuh dan taat sangat menjaga diri untuk tidak melanggar larangan agama dan
larangan orang tuanya selama larangan itu sejalan dengan syari'at Islam. Ia
juga beusaha melaksanakan perintah agama dan perintah orang tuanya yang tidak
bertentangan dengan ketentuan agama dengan penuh keikhlasan dan ketulusan
sesuai dengan kemampuannya.
Perempuan yang
patuh dan taat pada agama dan orang tuanya kemungkinan besar akan patuh dan
taat kepada suaminya kelak. Perempuan semacam ini akan dapat menciptakan
ketentraman dan ketenangan suami dan rumah tangganya. Ia juga akan mendapat
kepercayaan suaminya bila ditinggal pergi untuk mencari nafkah.
Laki-laki yang
ingin mengetahui apakah calon istrinya, orang yang patuh dan taat, dapat
memperoleh informasi dari keluarganya, kerabat dekatnya, teman dekatnya, atau
tetangga dekatnya.
Kaum laki-laki,
khususnya para pemuda, hendaklah memilih perempuan yang patuh dan taat agar
cita-citanya membangun rumah tangga yang bahagia dapat terwujud segera dan
berlangsung selama hayat.
***
19. Hemat
Dalam Hadits
berikut disebutkan bahwa:
Rasulullah SAW bersabda: "Wanita yang
paling baik yaitu yang pandai mengendarai unta. Wanita Quraisy yang terbaik
yaitu yang besarkasih sayangnya kepada anak kecil dan panda mengurus harta
suaminya yang sedikit (miskin)." (H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Hadits di atas
menerangkan ciri perempuan yang baik, yaitu pandai mengurus unta, sedangkan
istri yang baik adalah istri yang hemat, yaitu pandai mengelola pendapatan
suami yang sedikit sehingga kepentingan keluarga tercukupi.
Hemat yaitu
pandai mencukupkan yang sedikit sehingga keperluan hidupnya yang banyak
sekalipun terpenuhi. Hemat sangat erat hubungannya dengan ketelitian dalam
membelanjakan uang sehingga hanya membeli sesuatu yang diperlukan dan tidak
membeli sesuatu yang mubazir dan sia-sia.
Keperluan setiap
orang hanya dapat ditentukan oleh yang bersangkutan. Keperluan yang digariskan
oleh agama ada 3 macam:
1. Dlaruri, atau keperluan pokok yang menyangkut
hal-hal yang bisa mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan,
minum dan pengobatan.
2. Haaji, keperluan sekunder, yaitu untuk
menyempurnakan kualitas kehidupan seseorang sehingga kondisi hidupnya menjadi
lebih baik. Misalnya, lauk daging dan vitamin untuk menjaga ketahanan tubuh.
3. Tahsini, atau keperluan tersier, yaitu
keperluan yang tidak harus dipenuhi karena tidak menghambat atau mengancam
keselamatan diri. Mobil misalnya, untuk memudahkan seseorang bila hendak
bepergian.
Di antara ketiga
keperluan tersebut, yang paling utama adalah dlaruri (keperluan pokok).
Dalam memenuhi
keperluan pokoknya seseorang harus bersikap hemat, apalagi memenuhi keperluan
sekunder dan tersiernya. Dengan bersikap hemat seseorang tidak akan terjerumus
ke dalam angan-angan dan khayal kenikmatan duniawi.
Dalam kehidupan
rumah tangga sifat hemat pada istri dapat mengelola harta suami. Suami yang
bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya ingin agar istrinya dapat
mengatur penghasilannya sehingga keperluan diri dan anak-anaknya tercukupi.
Seorang perempuan
yang memiliki sifat hemat tentu pandai mengendalikan pengeluaran belanja
keluarga. Ia tidak akan mau membeli sesuatu yang tidak terjangkau oleh
penghasilan suaminya sehingga ia tidak perlu berhutang untuk mencukupi
keperluannya.
Bilamana seorang
istri ridla menerima uang belanja yang sedikit dan mampu mengelolanya untuk
mencukupi kebutuhan keluarga, keluarga semacam ini kemungkinan besar dapat
menabung harta kekayaannya untuk keperluan-keperluan masa depan mereka. Mereka
dapat merencanakan hal-hal yang lebih baik bagi masa depan diri dan
anak-anaknya karena memiliki bekal yang cukup.
Seorang istri
yang hemat akan pandai dan cermat mengendalikan pengeluaran rumah tanggnya.
Suaminya tidak akan terbebani dalam mencari nafkah karena tidak dikejar-kejar
oleh tuntutan istri yang kekurangan belanja. Suami akan selalu menyerahkan uang
belanja kepada istrinya dengan senang hati berapa pun jumlahnya. Ia benar-benar
percaya istrinya dapat berhemat dalam membelanjakan uangnya, sehingga dapat
mencukupkan penghasilannya untuk semua kebutuhan rumah tangga.
Sebaliknya, istri
yang boros akan merugikan suami dan anak-anaknya. Istri semacam itu akan
menuntut suaminya memenuhi segala keinginannya sehingga suami selalu merasa
tertekan. Keadaan semacam ini pasti menimbulkan konflik, bahkan anak-anak pun
akan turut merasakan ketegangan. Akibatnya, anak-anak hidup dalam suasana penuh
tekanan. Hal semacam ini tentu tidak dikehendaki siapapun, baik suami, istri
maupun anak-anak.
Istri pemboros
lebih mementingkan berfoya-foya daripada menghemat harta kekayaan suaminya.
Perilaku istri semacam ini bisa mendorong suaminya untuk mendapatkan harta
dengan segala macam cara, halal atau haram. Hal semacam ini sudah tentu
membahayakan dan merugikan suami.
Untuk mengetahui
apakah calon istri hemat atau boros dapat dilakukan penelitian melalui teman
dekatnya, kerabat dekatnya, tetangga dekatnya, atau dengan mengamati
kebiasaannya membelanjakan uang. Jiak ternyata ia sangat cermat dan
berhati-hati dalam membelanjakan uang yang dipegangnya, besar harapan ia kelak
akan menjadi istri yang hemat.
Selain itu, dapat
juga dilakukan dengan mengamati kebiasaan keluarganya apakah mereka biasa
berlaku hemat atau sebaliknya. Akan tetapi, kebiasaan suatu keluarga tidak bisa
dijadikan tolok ukur mutlak. Adakalanya suatu keluarga berlaku boros, namun ada
di antara anak-anaknya yang hemat. Hal ini bukan sesuatu yang mustahil terjadi
di masyarakat kita.
Setiap laki-laki
mendambakan istri yang pandai membelanjakan uang suami dengan baik dalam
memenuhi kebutuhan keluarga. Ia tidak berhutang ke kanan dan ke kiri sehingga
dapat menjaga kehormatan suami di mata orang lain dan meringankan beban suami
dalam mencari nafkah. Oleh karena itu, setiap laki-laki sebaiknya memilih calon
istri yang hemat dan pandai membelanjakan harta suami. Insya Allah, dengan
memiliki istri yang hemat rumah tangga akan mencapai kebahagiaan, kasih sayang,
kemesraan dan keceriaan.
***
20. Besar Kasih Sayangnya kepada Anak
Kecil
Dalam Hadits
berikut disebutkan bahwa: Rasulullah SAW bersabda:
"Wanita yang paling baik yaitu yang
pandai mengendarai unta. Wanita Quraisy yang terbaik yaitu yang besar kasih
sayangnya kepada anak kecil dan panda mengurus harta suaminya yang sedikit
(miskin)." (H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Maksud Hadits di
atas ialah perempuan yang pandai mengendarai unta adalah perempuan yang pandai mengurus keluarganya. Perempuan
yang paling baik adalah yang paling besar kasih sayangnya kepada anak-anak.
Kasih sayang
kepada anak kecil dapat ditunjukkan dengan perhatian besar kepada anak-anak, senang berkumpul dengan
mereka, akrab bergurau dan bercanda
dengan mereka, sabar menghadapi tingkah laku mereka dan gembira membimbing dan
mengasuh mereka.
Sifat semacam ini
perlu ada pada calon istri dan calon
ibu. Mereka kelak akan melahirkan
anak-anak yang memerlukan kasih sayang dan cinta yang besar dari ibunya.
Perempuan yang besar kasih sayangnya kepada anak-anak memudahkan pertumbuhan emosi anak-anak dan perkembangan
kepribadiannya ke arah yang positif.
Anak-anak semacam
ini kemungkinan besar terbebas dari tekanan
batin sehingga kelak menjadi orang dewasa yang sehat mental dan
emosinya.
Seorang ayah yang
memiliki anak-anak semacam ini akan mudah mendidik dan mengasuh mereka karena ibunya bisa membantu
mendidik mereka dengan baik.
Beban suami
menjadi ringan karena istrinya mampu memikul tanggung jawab dengan baik dalam mengasuh anak-anaknya
dengan penuh kasih sayang. Laki-laki yang bermaksud menikahi seorang perempuan,
hendaklah memperhatikan sifat ini pada diri calon istrinya. Jika ternyata calon
istri memlilki sifat semacam ini,
laki-laki tersebut sangat beruntung.
Anak-anaknya
kelak dapat dipastikan memperoleh asuhan, pemeliharaan, perlindungan dan
bimbingan dari seseorang yang benar-benar bersedia berkorban demi anak-anaknya
yang dicintainya. Ia tidak akan mengeluh saat mengasuh dan menghadapi kenakalan
anak-anaknya. Ia menghadapi kenakalan anaknya dengan perasaan ringan dan penuh
kesabaran, sehingga anak-anaknya berkembang dengan penuh kebebasan dan
keceriaan di rumah dan di lingkungannya. Hal ini sangat membantu suami untuk
mencurahkan pikiran dan tenaganya dalam memenuhi kebutuhan keluarga secara
maksimal. Untuk mengetahui seberapa jauh calon istri mempunyai kasih sayang
kepada anak-anak dapat dilakukan pengamatan dan penyelidikan melalui cara-cara
sebagai berikut:
1. Mengamati pergaulannya dengan anak-anak apakah
ia sabar bergaul dengan anak-anak atau tidak.
2. Menanyakan kepada teman-teman dekatnya atau
kepada kerabat dekatnya, atau kepada tetangga dekatnya atau kepada adik-adiknya
apakah ia memiliki sifat tersebut atau tidak. Karena anak-anak sangat
membutuhkan ibu yang besar kasih sayangnya kepada mereka, setiap laki-laki yang
hendak mengambil seorang perempuan sebagai istrinya hendaklah mengutamakan yang
besar kasih sayangnya kepada anak kecil. Istri semacam ini besar harapan dapat
mendampinginya untuk membina rumah tangga yang penuh dengan suasana gembira,
ceria dan bahagia.
***
Komentar
Posting Komentar